Belajar Optimis dari Pak Kusrin

id belajar optimis, dari pak kusrin

Belajar Optimis dari Pak Kusrin

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Memang yang sedikit agak tricky dari soal rezeki ini adalah lagi-lagi dipengaruhi persepsi. Ada orang yang merasa selama hidupnya sudah dipenuhi dengan kebaikan dan kejujuran tetapi dalam soal materi sepertinya ia kurang beruntung. Bahkan bila ingin didramatisasi lagi, ia tidak pernah lepas didera kesulitan ekonomi. Paling top, ia hanya bisa menikmati reputasinya yang dikenal luas di tengah lingkungannya sebagai orang yang baik dan jujur. Sebaliknya, dalam pandangannya ada orang yang tidak sebaik dirinya tapi sepertinya murah rezeki bahkan mengucur kencang bak air dari pancuran.

Persepsi semacam ini akan menjalar dan mempengaruhi psikologis yang bersangkutan. Suasana bathin seperti ini yang terkadang menjadi godaan terberat untuk tetap istiqomah menjaga kejujuran. Bila kurang tough dan stock kesabarannya menipis, pada akhirnya goyah dan mulai meninggalkan prinsip hidupnya. Tidak perlu lagi mencari keberkahan sebagaimana yang digenggamnya erat-erat selama ini. Lagi pula apa sih itu “berkah”, kalau toh tidak bisa memberikan nilai tambah secara ekonomis. Buat apa?. Mungkin begitulah kecamuk pikiran yang ada di dalam kepalanya.

Padahal disitulah letak akar masalah yang sebenarnya. Ketika ia sudah merasa sudah melakukan segalanya, merasa yang paling baik dan jujur, maka ia melewatkan pelajaran hidup yang terpenting. Yaitu ia tidak mampu melihat kelebihan dari orang lain selain kekurangannya. Sehingga ia tidak pernah belajar dari key success factors yang dimiliki orang lain. Sebaliknya, ia gagal melihat kekurangan yang ada pada dirinya kecuali merasa yang dimilikinya hanyalah kelebihan saja. Berlaku kata pepatah “kuman di seberang lautan tampak tapi gajah di pelupuk mata tak tampak”. Pokoknya sudah gelap.

Sebenarnya jika ingin hidup dengan jujur, tanpa ada rasa pamrih untuk memiliki kelebihan materi, insya Allah tidak menimbulkan masalah seruwet itu. Tapi kalau ujung-ujungnya juga ingin lebih sejahtera, maka modal kejujuran saja belum cukup. Dibutuhkan perubahan mindset untuk mengatasi mental block yang menjadi penghadang dirinya untuk melangkah maju. Perubahan yang dibutuhkan sebagaimana dalam Al Qur’an disebut sebagai anfus (nafsh) bahwa “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” (al Ra’ad: 11).

Di tengah membanjirnya pemberitaan yang cenderung menyebarkan pesimisme, menyeruak ke permukaan sosok pak Kusrin atau nama lengkapnya Muhammad Kusrin asal Karanganyar, Jawa Tengah. Sosok yang bersahaja yang bisa menjadi role model bagi siapa saja yang memiliki optimisme untuk meraih hidup yang lebih baik. Jika kita mencoba menyimak perjalanan hidupnya bak dalam kisah film-film produksi Bollywood India. Alur ceritanya yang selalu diawali dengan penderitan dan tangisan tapi diujung cerita selalu diakhiri dengan happy ending. Bagi para pencinta film-film Bollywood, pasti sangat mengertilah. Demikian juga dengan apa yang dialami pak Kusrin. Diawali dengan kesulitan dan kegetiran dalam memulai usahanya dan kemudian berakhir dengan success story. Makanya, tidak heran wajah pak Kusrin sering menghiasi layar kaca sebagai bintang iklan sebuah produk jamu yang terkenal.

Perjuangannya diawali dengan sebuah langkah kecil. Bermula ia hanya membuka reparasi TV dengan skill yang didapatkannya secara otodidak. Maklum dengan tingkat pendidikan yang hanya lulusan SD dan modal yang sangat terbatas, ia sangat sadar diri harus memulai dari mana usahanya. Tidak muluk-muluk. Hanya reparasi TV. Namun dengan kesungguhan, ia mulai bisa mengembangkan usahanya setahap demi setahap. Tidak puas dengan hanya mereparasi TV, ia mulai merakit televisi sendiri dengan bahan baku yang sangat murah. Dengan memanfaatkan kembali monitor rusak yang sebenarnya sudah menjadi sampah.

Walhasil, TV rakitannya mendapatkan respon positif dari pasar. Terbukti, ia mulai kebanjiran pesanan. Konon, ia mampu menjual 150 unit TV per harinya. Namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, baru saja hasil jerih payahnya membuahkan hasil, musibah datang menyergapnya. Dirinya sempat berurusan dengan hukum karena menjual televisi rakitannya sendiri tanpa sertifikat SNI. Kusrin dianggap melanggar Undang-Undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian serta Perubahan Permendagri tentang Pemberlakuan Barang Standard Nasional Indonesia (SNI). Akibatnya, usaha Kusrin dihentikan dan seluruh televisi rakitannya sebanyak 118 buah dimusnahkan beberapa waktu lalu. Dirinya pun dijebloskan ke penjara.

Padahal dengan usahanya itu, ia sudah bisa mempekerjakan hingga belasan orang. Bayangkan, dengan berbekal ijazah SD seorang Kusrin ternyata mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain. Luar biasa. Capaian yang belum tentu mampu diraih oleh kita-kita yang berkesempatan memiliki pendidikan yang lebih baik dari dirinya.

Berakhirkah perjalanan usaha kreatif home industry-nya? Secara nalar sederhana, akan demikian. End of story. Tapi bila Allah berkehendak, hasilnya bisa berbeda. Allah Maha Penyayang senantiasa hadir melindungi hamba-hamba-Nya yang sabar. Sebagaimana janji Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 5-6 bahwa sesungguhnya dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan janji ini diulang 2 (dua) kali. Para mufassir menjelaskan bahwa pengulangan tersebut menegaskan bahwa Allah sesungguhnya memberikan jaminan optimisme untuk setiap hambaNya. Agar satu kesulitan tidak membuat seseorang menjadi kehilangan harapan apalagi putus asa. Karena Allah menjanjikan lebih banyak kemudahan dibalik kesulitan itu. So, jika demikian apa yang perlu dikhawatirkan. Yang penting ketika mendapatkan kesulitan, sabar dalam makna optimis merupakan cara terbaik mensikapinya atau dalam istilah lain disebut dengan tawakkal.

Itulah yang terjadi pada diri pak Kusrin. Penyitaan dan pemusnahan TV rakitannya mendapat pemberitaan luas diberbagai media. Alih-alih mematikan usahanya, malah menjadi publikasi gratis buat produk buatannya. Banyak orang yang sekarang mengenal produk buatannya yang dibranding dengan “Maxreen”. Banjir simpati dan dukungan dari masyarakat atas nasib yang dialaminya, tak dapat dibendung lagi. Bahkan hingga Presiden pun memberikan dukungan dengan mengundangnya ke Istana Negara. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan pak Kusrin sebelumnya. Akhirnya, ia bisa bernafas lega untuk kembali menjalankan usahanya dan SNI yang sempat terkatung-katung prosesnya sejak tahun 2012, sekarang berhasil dikantonginya.

John C. Maxwell dalam bukunya “Your Road Map For Success” (2013) mengatakan bahwa masalah yang dihadapi kebanyakan orang yang ingin sukses bukanlah ketidakmampuan mereka untuk meraihnya. Hambatan terbesar mereka adalah salah memahami arti kesuksesan. John mengutip Malthie D. Babcock mengatakan, salah satu kesalahan manusia yang paling umum dan yang paling mahal adalah mengira bahwa kesuksesan disebabkan oleh kejeniusan, keajaiban atau hal lain yang tidak kita miliki.

Belajar dari perjalanan hidup pak Kusrin, memang bukan kejeniusanlah yang menghantarnya hingga seperti saat ini. Ketekunan dibalur dengan optimisme dan keinginan memberdayakan orang lain menjadi modal utama dari pak Kusrin. Oleh karena itu, saya sependapat dengan defenisi kesuksesan yang diintrodusir oleh John C. Maxwell.

Kesuksesan adalah……..

Mengetahui tujuan hidup Anda,

Bertumbuh untuk meraih potensi tertinggi Anda, dan

Menabur benih yang menguntungkan orang lain.

Lebih lanjut, John menjelaskan dari defenisi tersebut bahwa kesuksesan adalah perjalanan, bukan tujuan. Berapa pun usia Anda atau apapun yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini, Anda tidak akan pernah kehabisan kapasitas atau peluang untuk bertumbuh dan menolong orang lain.

Dengan defenisi kesuksesan itu, pak Kusrin yang sempat tersandung masalah hukum karena memproduksi layar kaca, sekarang wajahnya acap menghiasi berbagai layar kaca sebagai sosok yang inspiratif.

Written by Kun Wahyu Wardana/Jasa Raharja Kantor Pusat