Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, mencatat bahwa pada April 2016, nilai tukar petani Riau pada subsektor perikanan tangkap nelayan dan budidaya nelayan mengalami kenaikan sebesar 1,31 persen.
"Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 1,14 persen, sementara indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen," kata Kepala BPS Provinsi Riau Mawardi Arsad dalam keterangannya di Pekanbaru.
Menurut dia, naiknya indeks harga yang diterima nelayan Riau pada April 2016 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,79 persen khususnya udang, kerang, pari, toman dan lainnya.
Sedangkan, turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,63 persen khususnya cabai merah, bensin, ongkos angkut dalam kota, beras dan lainnya.
"Untuk indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 2,22 persen khususnya solar, benih patin , ongkos angkut dan lainnya," katanya.
Sementara itu, untuk kelompok penangkapan ikan (NTN) pada April 2016, mengalami kenaikan sebesar 2,44 persen jika dibandingkan dengan NTN bulan sebelumnya.
Hal ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 1,62 persen, sementara harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen.
"Kenaikan harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok kelompok penangkapan laut sebesar 1,21 persen khususnya udang, kerang, pari, toman dan lainnya," katanya.
Namun penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,61 persen khususnya cabai merah, bensin, ongkos angkut dalam kota, beras dan lainnya dan indeks BPPBM sebesar 3,76 persen khususnya solar, ongkos angkut dan bensin.
Untuk kelompok budidaya ikan (NTPi) pada April 2016, justru mengalami penurunan sebesar 0,51 persen, akibat turunnya indeks harga yang diterima petani 0,93 persen, relatif lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar nelayan yang hanya sebesar 0,42 persen.
Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,93 persen khususnya patin, nila dan gurame. Penurunan indeks harga yang dibayar nelayan disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga 0,67 persen khususnya cabai merah, bensin, ongkos angkut dalam kota, beras dan lainnya.
"Indeks BPPBM justru naik sebesar 0,14 persen khususnya benih patin, bensin, ikan segar atau rucah dan lainnya," katanya.
Berita Lainnya
Nilai tukar rupiah turun karena data pesanan barang tahan lama AS yang lebih baik
27 March 2024 9:57 WIB
Nilai tukar rupiah merosot dipicu sentimen suku bunga kebijakan AS
26 March 2024 10:31 WIB
Nilai tukar rupiah melemah jadi Rp15.800 dipengaruhi data ekonomi AS yang solid
25 March 2024 16:04 WIB
Nilai tukar rupiah melemah jelang akhir pekan karena dolar AS rebound
22 March 2024 10:20 WIB
Nilai tukar rupiah menguat setelah pengumuman hasil pemilu 2024
21 March 2024 14:15 WIB
Nilai tukar rupiah menguat didukung kinerja positif perbankan domestik
13 March 2024 11:10 WIB
Nilai tukar rupiah meningkat seiring pasar nantikan pidato Ketua The Fed
06 March 2024 16:12 WIB
Nilai tukar rupiah Rabu pagi naik menjadi Rp15.759 per dolar AS
06 March 2024 10:37 WIB