Ke Rimbang Baling Kampar, Ario Bayu Terkagum-Kagum Akan Hal ini

id ke rimbang, baling kampar, ario bayu, terkagum-kagum akan, hal ini

Ke Rimbang Baling Kampar, Ario Bayu Terkagum-Kagum Akan Hal ini

Oleh Nella Marni

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Aktor Ario Bayu merasa sangat terkesan dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat desa Bukit Rimbang Baling, Kabupaten Kampar, Riau saat ia datang berkunjung ke daerah tersebut bersama Joe Taslim dan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia kemarin (23/5).

"Saat kunjungan kami kemarin itu ada suatu desa kecil yang membuat saya terkesan dengan cara hidup masyarakatnya yang masih menggunakan solar sel. Yang membuat saya takjub itu mereka masih memegang teguh prinsip-prinsip adat atau kearifan lokalnya," ujar Ario Bayu, di Lick Latte Caffe, Pekanbaru, Rabu

Menurutnya, sebagai masyarakat yang jauh dari perkotaan, pendidikan yang tidak begitu maju dan kehidupan yang dilihat dari kaca mata modern, bisa dikatakan masih ketertinggalan. Akan tetapi yang harus digaris bawahi katanya, mereka adalah yang orang-orang yang sebenarnya punya banyak pengalaman di alam.

"Mereka sangat menghargai tetua-tetuanya, bahkan harimau itu dianggap sebagai " inyik", itu kearifan lokalnya masih bisa dikatakan kental. Sesungguhnya mereka yang lebih mengerti bagaimana caranya bersahabat dengan alam," ungkap Bayu.

Ario Bayu dinobatkan sebagai warrior Orang Utan atau Duta WWF Indonesia pada 2014 bersama tiga Artis lainnya seperti Joe Taslim, Nadin Candradinata, dan Nadia.

Menurutnya Bayu, orang utan adalah bentuk identitas bangsa yang harus dilindungi dari kepunahan. Katanya, menjadi seorang warrior satwa adalah bentuk prinsip yang harus dimiliki oleh semua orang. Lebih kepada menanamkan sikap peduli pada publik.

"Orang utan itu identitas kita. Kalau sampai punah berarti kehilangan identitas bangsa. National identity kita," katanya kepada awak media di Pekanbaru.

Kemudian ucapnya, semua masyarakat dan elemen harus menjadi warrior satwa untuk menjaga keseimbangan kehidupan. "Kalau seandainya hewan ini punah, akan mengganggu kelestarian lingkungan. Kami tidak meminta untuk menjadi moralis. Kita harus menyadari dampak perubahan dari yang kita lakukan," sambung dia.

Ia juga bercerita tentang kesan pertama kami naik piyau "perahu kecil" untuk menempuh jarak antar desa yang ada di Kabupaten Kampar, Riau tersebut. Pada desa Limbang Baling ucapnya lagi, ada satu mata rantai yang tidak mereka bisa pisahkan, yaitu sungai.

"Mereka sangat menghargai keberadaan sungai sebagai bagian dari sesuatu yang sangat memberi kehidupkan," tutupnya.