Fakta Dan Mitos Seputar Pil KB

id fakta dan, mitos seputar, pil kb

Fakta Dan Mitos Seputar Pil KB

Jakarta (Antarariau.com)– Salah satu metode populer untuk mencegah kehamilan tak direncanakan adalah pil. Bahkan, kepopuleran pil ini menempati posisi kedua setelah intrauterine tembaga (IUD). Sayangnya, pil–kini yang beredar kombinasi hormon sintetis, estrogen dan progestin—ini kurang diminati oleh kaum Hawa. Padahal, pil ini memiliki sejuta manfaat demi kesehatan. Inilah Mitos Vs Fakta Pil KB!

Mitos: semua pil kontrasepsi sebabkan kenaikan berat badan

Fakta: “Hasil studi menyatakan tidak ada peningkatan berat badan yang siginfikan pada konsumsi kontrasepsi oral kombinasi. Lalu, peningkatan berat badan berkaitan dengan diet dan aktivitas fisik, Lalu, sebagian besar wanita mengalami peningkatan berat badan ketika bertambah usia,” ungkap dr. Boy Abidin, SpOG (K) saat berbincang dalam acara “Mitos-mitos mengenai Pil Kontrasepsi Kombinasi” di Hotel Double Tree Hilton, Cikini, Selasa (24/5).

Mitos: pil kontrasepsi menimbulkan masalah kulit seperti jerawat

Fakta: “Jerawat ini dapat diobati dengan kontraseptor golongan progestin. Kontrasepsi kombinasi mengurangi peradangan pada lesi di wajah,” ujar dokter spesialis Obgin di RS Mitra Keluarga-Kelapa Gading, Jakarta.

Mitos: menggunakan pil kontrasepsi akan susah hamil

Fakta: “Pil kontrasepsi ini bila tidak diminum dalam 24 jam akan mengembalikan kesuburan wanita,” imbuh dr. Boy.

Mitos: pil kontrasepsi meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara

Fakta: “Penelitian menyebutkan bahwa tidak ada efek dari kontrasepsi oral kepada risiko kanker payudara. Yang seharusnya dievaluasi seperti riwayat kanker dalam keluarga atau Fibroadenoma (jenis tumor lunak bukan kanker di payudara),” ujar Kepala SMF Obgin di RS Mitra Keluarga-Kelapa Gading, Jakarta.

Mitos: menggunakan pil kontrasepsi dalam jangka panjang akan menyebabkan kanker ovarium dan endometrium

Fakta: “Mengonsumsi kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan risiko dari kanker ovarium hingga 50 persen. Bahkan, efek berlanjut sampai 15 tahun setelah menghentikan konsumsi pil. Selain itu, pil ini juga menurunkan kejadian kista ovarium fungsional dan tumor jinak ovarium,” imbuh alumnus Spesialis Obstetri & Ginekologi dari FK UNPAD-RSHS Bandung.

Progestin yang ada dalam pil ini, sambung dr. Boy, juga menurunkan risiko kanker endometrium sampai 50 persen dan efek berlanjut sampai 15 tahun setelah penghentian pil.

Sumber: Gohitz