Petani Senegal Membaca Alam Melalui Handphone

id petani senegal, membaca alam, melalui handphone

Petani Senegal Membaca Alam Melalui Handphone

Sikilo, Senegal (Antarariau.com)- Berjalan di antara ladang padi yang kering, Alioune Djaby, kepala desa Sikilo, menanti pertanda musim hujan yang akan tiba.

Biasanya, dia akan mendongak memandang awan atau mendengar kicauan burung, tapi kali ini dia menunggu kiriman pesan dari Badan Penerbangan Sipil dan Meteorologi Nasional.

Para petani Senegal sudah sejak dulu mengandalkan petunjuk-petunjuk duaca secara tradisional, misalnya pepohonan yang berbunga, dimana burung-burung meletakkan sarangnya, untuk mengatur saat bercocoktanam.

Namun cara-cara itu kini tidak lagi bisa diandalkan karena peningkatan berbagai macam pola cuaca di kawasan tersebut.

"Jumlah curah hujan secara keseluruhan menurun dalam beberapa dasawarsa, musim penghujan terlambat tiba dan juga berlangsung singkat," kata Ousmane Nidiaye, seorang ahli meteorolodi dan peneliti pada Badan Meteorologi Nasional.

Pada 2015 misalnya, musim hujan diharapkan tiba pada pertengahan Mei untuk wilayah selatan, tetapi terlambat tiga bulan, mulai turun pada Agustus.

Keterlambatan itu membawa pengaruh sangat besar pada bidang pertanian di negara yang bergantung pada panen tebu, padi-padian, jagung dan kacang tanah.

Menurut Organisasi Pangan Dunia, produksi biji-bijian di Senegal turun 38 persen antara 2012 hingga 2014.

Untuk mengatasinya, Badan Meteorologi memberikan pelayanan informasi cuaca secara gratis melalui pesan singkat di ponsel bersama dengan CGIAR, program penelitian Perubahan Iklim, Pertanian dan Ketahanan Pangan pada Agustus lalu setelah melakukan uji coba terhadap 33 petani selama lima tahun.

Laporan cuaca terbaru dikiim melalui pesan dalam bahasa Prancis kepada petani yang mengikuti program sebagai relawan di seluruh negeri dan mereka akan membagikan isi pesan itu kepada para petani lain dengan memakai bahasa daerah.

Kejadian cuaca ekstrim seperti hujan lebat atau badai akan dilaporkan dalam pesan singkat (sms) seperti "ramalan cuaca: hujan lebat diperkirakan akan turun di daerah Kaffrine dalam dua jam".

Proyek ini juga dilakukan di Mali, Burkina Faso, Niger dan Ghana, semua adalah daerah rentan cuaca esktrim.

Berjalan tanpa melihat jalan

Djaby dan rekan-rekan petani mengatakan memanfaatkan informasi terbaru untuk membuat keputusan dalam bercocoktanam.

Untuk menguji ketepatan layanan, Mariama Keita, seorang petani yang menanam biji-bijian dan kacang tanah, menyediakan lahan dua hektare untuk menanam padi dan kacang sebagai perbandingan.

Ia menanam masing-masing setengah hektar hanya dengan mengandalkan bantuan ramalan cuaca yang dikirim melalui sms dan menanam setengahnya lagi dengan mengandalkan cara-cara tradisional.

Pada 2015 para petani yang mengandalkan sms menghasilkan panen kacang tanah 1.500 kg lebih banyak dibandingkan yang memakai cara tradisional. Maka kini dia memakai cara terbaru untuk sisa lahannya.

"Kami sekarang menyadari bahwa pertanda alam yang biasa kami kapai sudah tidak berjalan dengan baik," kata Keita.

"Dengan laporan cuaca yang terur diperbarui, maka saya tahu bila esok turun hujan maka saya akan menyimpan pupuk untuk hari berikutnya."

"Ketika menanam, dan tidak memiliki informasi yang tepat, maka seperti berjalan tanpa melihat jalan," ujarnya.

Untuk memperluas jangkauan layanan laporan cuaca, Badan Meteorologi bekerjasama dengan jaringan Radio Komunitas Nasional yang memiliki 96 stasiun dan didengar oleh para petani juga melalui ponsel, untuk menyiarkan ramalan cuaca dalam bahasa Prancis ataupun bahasa-bahasa daerah.

Badan Meteorologi mengirim ramalam cuaca harian termasuk cuaca di laut bagi para nelayan, ke stasiunradio dan melatih para pembawa acara untuk menjelaskan informasi tersebut.

Sampai dengan Agustus 916 kepala desa dan petani menandatangani untuk menerima sms ramalan cuaca dan digabung dengan seluruh stasiun radio maka pesan tersebut diperkirakan menjankau sedikitnya tujuh juta orang di seluruh Senegal atau setengah dari jumlah penduduk negara itu.

"Kami menyaksikan banyak nyawa dan kehidupan yang hilang di bidan pertanian dan perikanan karena bermusuhan dengan alam dan perencanaan yang buruk," kata Tala Dieng, ketua jaringan radio komuntas.

"Pelayanan ini mampu membantu mengurangi kerugian mereka."

Dalam rencana ke depan, pelayanan tersebut akan ditambah dengan pesan rekaman suara, sehingga dapat membantu oara petani yang buta aksara agar dapat menerima ramalan cuaca. Demikian laporan Thomson Reuters Foundation.