Teori Penanggalan Bintang Di Makam Kuno Era Megalitikum

id teori penanggalan bintang di makam kuno era megalitikum

Teori Penanggalan Bintang Di Makam Kuno Era Megalitikum

Jakarta (Antarariau.com)- Makam kuno dari era megalitikum di Carregal do Sal, Portugal ternyata berfungsi sebagai teropong untuk menetapkan penanggalan, ribuan tahun lebih dulu sebelum penanggalan oleh Galileo Galilei.

Astronom yakin bahwa makam berusia 6.000 tahun tersebut memiliki jendela unik yang menjadi tempat melihat bintang dengan sangat jelas.

Peneliti di Nottingham Trent University dan University of Wales Trinity Saint David, yakin bahwa dengan berdiri di tengah makam yang bernuansa hitam itu, jika melihat ke arah pintu masuk akan dapat melihat bintang bahkan yang redup sekali pun.

Tim peneliti menduga 13 bagian di makam tersebut berkaitan dengan Aldebaran, bintang paling terang di konstelasi Taurus.

Dr Fabio Silva, dosen bidang Angkasa, Kosmologi dan Arkeologi di University of Wales yakin penampakan Aldebaran menunjukkan migrasi musim panas.

"Untuk melihat kemunculan bintang ini secara akurat, harus saat senja," kata Silva.

Studi terdahulu menunjukkan kebanyakan bagian-bagian makam di Portugal dibuat sedemikian rupa agar sejajar dengan dua atau tiga bintang, yang paling penting dari semuanya adalah Aldebaran.

Karya seni batu maupun lukisan yang ada di dalam beberapa makam kemungkinan menggambarkan bintang merah, seperti Aldebaran.

Saat waktu pembangunan, sekitar 4.300-3.700 Sebelum Masehi, Aldebaran terbit di langit yang dapat dilihat dari pintu masuk makam di Carregal do Sal pada 18-27 April.

Bintang tersebut tidak terlihat di bulan sebelumnya. Ketika tampak, masyarakat neolitikum akan memindahkan ternak mereka ke padang rumput yang lebih tinggi dekat Serra da Estrela.

Makam yang terdiri dari beberapa bagian merupakan bangunan tipe megalitikum yang terdiri dari sebuah kamar besar yang dikunci dengan batu kait dan memiliki pintu masuk sempit.

Ruang kubur diperkirakan adalah daerah keramat dan digunakan untuk ritual. Jenazah diletakkan semalaman di dalam makam tanpa cahaya selain yang masuk dari pintu sempit tersebut, sejajar dengan tulang belulang nenek moyang mereka.

Ada kemungkinan orang Neolitikum percaya bahwa Aldebaran menjaga nenek moyang mereka atau tempat tinggal mereka yang sudah mati.

Pintu masuk makam tersebut terdapat alat-alat astronomi sederhana untuk melihat langit, ribuan tahun sebelum teleskop diciptakan.

Studi tersebut ditampilkan di Pertemuan Astronomi Nasional di Nottingham, Inggris.