Bentara Budaya Bali Bicara Soal Nasib Orangutan

id bentara budaya, bali bicara, soal nasib orangutan

Bentara Budaya Bali Bicara Soal Nasib Orangutan

Denpasar (Antarariau.com)- Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar pemutaran film dan diskusi seni pada akhir bulan Juli 2016.

"Kedua kegiatan itu meliputi adalah diskusi dan pemutaran film Rise of The Eco Warriors pada Rabu (27/7), serta Kolaborasi Seni tiga negara Breathing A Reverie pada Jumat (29/7)," kata staf BBB yang menata acara tersebut Juwitta Lasut di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, kedua kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama Australia Indonesia Arts Alliance (AIAA) dengan UKM Udayana Science Club (USC) Universitas Udayana, Ekspresso 88-Bali FM dan Bentara Budaya Bali.

Film "Rise of the Eco Warriors" menggambarkan sekelompok anak muda petualang yang penuh semangat meninggalkan dunia mereka sehari-hari untuk menghabiskan 100 hari di belantara Kalimantan.

Misi mereka adalah untuk menghadapi salah satu tantangan global besar, menyelamatkan hutan hujan tropis dan memberikan harapan kepada orangutan yang terancam punah.

Film itu mengisahkan perihal nasib Jojo, bayi orangutan yatim piatu yang dipercayakan dalam perawatan pada Eco Warrior, dan mereka berupaya untuk dapat merumahkan kembali ke hutan asalnya.

Juwitta Lasut menambahkan, idealisme diwujudkan dengan mendirikan pusat rehabilitasi orangutan bekerja sama dengan masyarakat setempat di bawah bimbingan mentor Dr. Willie Smits.

Film yang merupakan seruan akan kesadaran dan kecintaan para orangutan serta lingkungannya itu disutradarai oleh Cathy Henkel produksi tahun 2014.

Selain pemutaran film, akan diselenggarakan pula sesi diskusi bersama Mark White (produser asal Australia) mengenai proses kreatif produksi film dan latar belakang di balik pembuatan film.

Mark telah membangun tim media digital yang inovatif di Queensland dan New South Wales Australia selama 20 tahun. Selama 10 tahun terakhir ia telah menjadi "co-founder situs crowdfunding" lingkungan pertama di Australia dan bekerja di industri e-Learning sebagai direktur dan penasihat di beberapa lingkungan belajar yang ternama di Australia.

Pemutaran film tersebut juga didukung oleh "Green Union of Indonesia". Sebelum diputar di Bali, film ini telah ditayangkan di berbagai negara seperti Australia, Singapura, dan Indonesia, serta dalam waktu dekat akan ditayangkan di Swiss serangkaian "Filme for die Erde" (Film for the Earth), ujar Juwitta Lasut.