Dinilai Strategis, Perusahaan Tiongkok Tertarik Investasi Tol Laut Riau

id dinilai strategis, perusahaan tiongkok, tertarik investasi, tol laut riau

Dinilai Strategis, Perusahaan Tiongkok Tertarik Investasi Tol Laut Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sebuah perusahaan asal Tiongkok, Sinosteel Equipment & Engineering, berniat untuk berinvestasi pada proyek infrastruktur tol laut yang melalui Kawasan Industri Tanjung Buton di Siak, Provinsi Riau.

"Kawasan ini cocok untuk berinvestasi karena letaknya strategis di Selat Malaka. Rencananya, kami akan membangun beberapa infrastruktur pendukung untuk tol laut," Marketing Development Div II Sinosteel Equipment & Engineering, Bai Wei, kepada wartawan di Pekanbaru, Rabu.

Kawasan Industri Tanjung Buton memiliki luas lahan kawasan 5.000 hektare (ha).Pemerintah daerah sedang berupaya mengajukan izin Hak Pengelolaan (HPL) karena masih ada 4.400 ha lagi yang belum HPL.

Sinosteel merupakan rekanan dari PT Bosowa Corporindo yang mengelola tol laut di KITB, bekerjasama dengan BUMD Siak. Bosowa bersama beberapa BUMD Siak telah menandatangani MoU di depan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mengelola Tol Laut di KITB.

Perusahaan itu menilai, Kawasan Industri Tanjung Buton di Siak itu punya posisi bagus yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapur, sehingga sangat strategis untuk mendistribusikan sawit dan minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Menurut dia, pihak perusahaan sudah melakukan survey ke kawasan itu dan akan dilanjutkan dengan pengumpulan data tambahan untuk menyusun kebutuhan dana investasi.

"Pembangunan infrastruktur pelabuhan ditargetkan dimulai tahun ini," ujarnya.

Penanggung Jawab Proyek PT Bosowa Corporindo Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Salman Dindia Anwar, mengatakan untuk tahap awal, mereka akan membangun infrastruktur dan fasilitas pendukung pelabuhan. Ia menjelaskan tol laut tersebut ditargetkan untuk menampung CPO dari Riau dan daerah lainnya, terutama untuk mengurangi kepadatan pelabuhan di Kota Dumai.

"Pelabuhan Dumai melebihi kapasitas dua juta ton selama satu tahun. Pelabuhan Tanjung Buton siap menampungnya dan mendistribusikan CPO dari Riau dan daerah lain," katanya.

Menurut dia, Riau sebagai sentra produksi CPO punya produksi mencapai 6,6 juta ton per tahun, sedangkan Pelabuhan Dumai hanya bisa menampung 4,5 juta ton CPO.

Ia mengatakan Tol Laut yang sedang dirancang, sangat menarik dan strategis bagi investasi baru karena selain lebih dekat dengan Singapura dan Malaysia, juga aksesnya lebih dekat untuk dituju dari Kota Pekanbaru, yakni sekitar 250 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu tiga jam lewat jalan darat.

Sementara itu, dari Pekanbaru menuju Pelabuhan Dumai memerlukan waktu sekitar lima jam perjalanan, dan Pelabuhan Kuala Enok di Indragiri Hilir bisa delapan jam perjalanan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Siak Khairuddin, mengatakan pemerintah pusat sudah menganggarkan pada APBN 2016 untuk membangun infrastruktur pelabuhan, yakni sebesar Rp36 miliar. Total dana yang telah dikucurkan pemerintah mencapai Rp260 miliar, sejak 2007.

"Salah satu infrastruktur yang dibangun yaitu memperluas dermaga menjadi 220x200 meter agar lebih banyak barang yang bisa dibongkar muat dalam waktu yang lebih cepat. Saat ini, luas dermaga tersebut hanya 120x100 meter," katanya.

Menurut dia, dana itu juga akan digunakan untuk membangun infrastruktur lainnya seperti lapangan penumpukan barang, gapura dan lainnya.

Selain tol laut, perusahaan daerah dan Bosowa juga akan membangun industri hilir CPO dan Migas di Kawasan Industri Tanjung Buton. Bosowa juga akan membangun pabrik kemasan semen di daerah itu.