Jepang Bantu Restorasi Lahan Terdegradasi di Riau

id jepang bantu, restorasi lahan, terdegradasi di riau

Jepang Bantu Restorasi Lahan Terdegradasi di Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dua lembaga dari Jepang, yakni International Tropical Timber Organization (ITTO) dan Japan Agency for Environmental Business, berkolaborasi dengan APP-Sinar Mas untuk melanjutkan program restorasi lahan terdegrasi di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau.

"Perubahan iklim bergerak lebih cepat dari yang kita duga. Akibatnya banyak terjadi bencana seperti banjir besar. Karena itu, kami mendukung agar gerakan menjaga lingkungan dengan mananam pohon ini yang sangat perlu dilanjutkan terus," kata pendiri Japan Agency for Environmental Business, Mitsunori Kamiya, kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.

Mitsunori mengatakan masyarakat Jepang sebagian besar sangat berharap agar laju perubahan iklim bisa ditekan dengan melestarikan hutan hujan tropis seperti yang ada di Indonesia. Bahkan, ia mengatakan seorang warga lanjut usia (Lansia) dari Jepang bernama Kagi Tsuduta, juga memberikan donasi sebesar 100 ribu Yen, setara Rp12 juta, untuk program restorasi di Riau. "Sayangnya dia tak bisa datang langsung ke sini karena umurnya sudah hampir 80 tahun, namun ia percaya program ini akan berhasil sehingga memberikan donasi dana," katanya.

Mitsunori sangat berharap program kolaborasi yang dibentuk di Indonesia bersama APP-Sinar Mas bisa berhasil dan berkelanjutan. "Dengan penghijauan ini saya berharap ada kemajuan pada masa depan. Meski saya nanti sudah tua dan pakai kursi roda, saya ingin bisa berkerja sama dan harapannya gerakan ini bisa lebih besar," katanya.

Kepala Konservasi APP, Dolly Priatna, menjelaskan manajemen berkomitmen untuk menyediakan 10 juta dolar AS per tahun untuk program restorasi lahan terdegradasi di 10 lansekap yang berada disekitar konsesi hutan tanaman industri APP-Sinar Mas di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Lima area restorasi terdapat lima lansekap, yakni Giam Siak Kecil, Semenanjung Kampar-Kerumutan, Senepis dan Bukit Tigapuluh.

"Area restorasi paling luas berada di Riau," ujar Dolly sambil mengatakan program restorasi untuk fase proteksi ditargetkan rampung dalam tiga tahun ke depan.

Keberadaan lembaga dari Jepang diharapkan bisa mempercepat pembentukan skema yang bisa turut menyejahterakan masyarakat setempat. Ia mengatakan kolaborasi tersebut juga turut menggandeng Yayasan Belantara, sebuah yayasan independen yang awalnya dibentuk oleh APP untuk mengelola pendanaan dalam mendukung berbagai program konservasi di lansekap Sumatra dan Kalimantan. Selain itu, terdapat juga Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kuok, Riau (FORDA Kuok).

Program yang didalamnya termasuk upaya restorasi lahan terdegradasi dengan menanam bibit Meranti Pirang (shorea leprosula), rencananya akan difokuskan di lahan seluas sekitar 6.000 hektar di dalam lansekap Giam Siak Kecil.

"Upaya ini merupakan perwujudan komitmen dari APP Sinar Mas untuk melaksanakan kebijakan konservasi hutan yang dicanangkan sejak tiga tahun silam. Niatan ini memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dari mitra lokal kami di Riau, maupun berbagai mitra internasional lainnya. Kehadiran mitra-mitra kami dari Jepang, membuktikan bahwa pasar Jepang sangat menghargai komitmen yang dilakukan APP selama ini," katanya.

Direktur Konservasi Lansekap Yayasan Belantara, Iwan Wijayanto, mengatakan keterlibatan masyarakat setempat untuk program restorasi tersebut bisa berupa penyediaan bibit dan pengembangan potensi perikanan yang ada disekitar Giam Siak Kecil. “Berkaca dari pengalaman sebelumnya, sangatlah penting bahwa program restorasi seperti ini juga melibatkan masyarakat setempat. Masyarakatlah yang berperan penting sebagai garda utama dalam perlindungan hutan, dan akan membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sejalan dengan upaya konservasi lingkungan," ujarnya.