Peneliti Temukan Emoticon Di Makam Firaun

id peneliti temukan, emoticon di, makam firaun

Peneliti Temukan Emoticon Di Makam Firaun

Jakarta (Antarariau.com)- Kedatangan tulisan tidak pernah berhasil menghapus penggunaan simbol menurut penelitian yang dilakukan oleh kandidat PhD di Universitas Leiden, Belanda, Kyra van der Moezel, tentang tanda identitas Mesir Kuno.

Van der Moezel mempelajari tanda-tanda identitas dari permukiman di Deir el-Medina di tepi barat Nil, tempat 40 sampai 120 pekerja dan keluarga mereka tinggal antara tahun 1550 and 1070 SM.

Mereka adalah para pekerja yang membangun dan menghias makam-makam bangsawan di Lembah Raja, tempat Raja Tutankhamen dimakamkan bersama para firaun dan kalangan elit.

Lebih dari tiga ribu tahun kemudian Deir el-Medina mengungkap informasi arkeologi, sumber-sumber tertulis dalam jumlah luar biasa ditemukan berkaitan dengan perdagangan, hukum, agama dan sastra.

Para peneliti juga menemukan banyak tanda, seringkali tercetak pada pecahan tembikar atau grafiti di dinding batu pekuburan.

Untuk waktu lama para peneliti tidak tahu bagaimana mengintepretasikan simbol-simbol ini, jadi mereka hanya menyebutnya sebagai "tanda lucu."

Van der Moezel menginterpretasikan sebagian simbol itu dengan bimbingan dosennya, Dr Ben Haring, yang pada 2011 mendapat subsidi dari Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO) untuk melakukan riset itu.

"Kau bisa membandingkannya dengan piktogram sekarang, seperti simbol informasi di bandara atau logo produk," katanya.

Tanda-tanda itu, menurut dia, juga memiliki makna melekat, tapi tidak berhubungan dengan aturan bahasa apapun.

"Ketentuan-ketentuan yang mengatur bagaimana kata-kata dan kalimat terbentuk tidak diterapkan di sini. Simbol-simbol menggunakan alat lain untuk mengekspresikan informasi."

Sebanding dengan simbol masa kini

Van der Moezel dan koleganya membedakan tipe-tipe yang berbeda dari tanda identitas. Beberapa simbol terlihat geometris dan menggunakan kotak, segitiga atau lingkaran, sementara yang lain diturunkan dari bahasa tertulis.

Para peneliti dari Leiden juga menemukan gambar-gambar makhluk dan objek yang dalam hal fungsi sebanding dengan simbol-simbol yang sekarang digunakan dalam aplikasi WhatsApp.

"Piktogram-piktogram ini menggambarkan gambar-gambar binatang, objek atau profesi misalnya," kata Van der Moezel.

"Mereka digunakan dalam dua cara berbeda. Pertama-tama pengganti, dimana simbol merujuk langsung pada apa yang ingin disampaikan oleh orang yang menggambarnya," kata dia serta menambahkan pemburu kalajengking Deir el-Medina misalnya, diwakili dengan simbol kalajengking.

Orang Mesir kuno juga menggunakan piktogram untuk perumpamaan. Metafora terkenal Mesir seperti "secepat serigala" misalnya menjelaskan mengapa seorang pekerja diwakili oleh gambar serigala.

Terus ada

Tanda-tanda identitas terus ada bahkan setelah para pekerja mulai menggunakan lebih banyak tulisan.

"Orang sering berasumsi bahwa tanda-tanda identitas lebih primitif ketimbang bahasa tertulis, dan bahwa tulisan perlahan tapi pasti akan mengalahkan simbol. Tapi yang kita lihat adalah bahwa tulisan dan simbol terus ada berdampingan satu sama lain."

Ia mengatakan bahwa memang ada pertukaran di antara keduanya, tapi simbol-simbol tidak pernah disingkirkan sebagai alat komunikasi.

"Simbol terus berguna karena kau bisa mengekspresikan jauh lebih banyak dalam satu simbol tunggal ketimbang satu huruf atau satu kata," katanya seperti dilansir laman Science Daily.