Riau Maknai 71 Tahun RI, Tolak Ukur Kerja Nyata Tingkatkan Kompetensi

id riau maknai, 71 tahun, ri tolak, ukur kerja, nyata tingkatkan kompetensi

Riau Maknai 71 Tahun RI, Tolak Ukur Kerja Nyata Tingkatkan Kompetensi

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Provinsi Riau maknai 71 tahun berdirinya Republik Indonesia sebagai bentuk tolak ukur untuk mengoptimalisasikan kompetensi kinerja di level pemerintahan daerah.

"Mari kita kerja nyata untuk masyarakat, pemerintah bisa dikatakan kuat ketika memberikan kesejahteraraan dan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat. Bersama-sama dalam membangun dan merubah paradigma nasional, dari yang bersifat konsumtif menjadi produktif, dari yang bersifat Jawa sentris menjadi Indonesia sentris," kata gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru.

Andi Rachman (sapaan akrab gubernur Riau) mengatakan, prestasi yang diraih Pemprov setempat sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar menjadi kebanggaan tersendiri bagi Riau dan masyarakatnya.

"Ini berkat kerja keras seluruh satuan kerja dan masyarakat Riau. Namun evaluasi terus dijalankan sebagai tolak ukur untuk tahun-tahun yang akan datang," kata Andi Rachman.

Kerja nyata juga dimaknai, dengan meningkatkan daya saing, melakukan inovasi, evaluasi dan optimalisasi. Diharapkan Andi Rachman, semua profesi dapat bahu membahu dalam menjawab tantangan tersebut kedepan.

Dengan meningkatkan produktifitas daya saing masyarakat, upaya pengembangan disektor potensial dari pihak pemerintah mengingat melemahnya dua komoditas unggulan Riau yakni migas dan sawit, begitupun tidak lepas peran dari pelajar, dunia usaha maupun tokoh masyarakat.

Disoroti mengenai pertumbuhan ekonomi Riau, Andi Rachman tampaknya agak bisa bernafas lega karena pertumbuhan ekonomi daerah akhirnya tumbuh positif pada caturwulan I-2016, di tengah keterbatasan kewenangan dan dampak krisis ekonomi dunia.

"Perekonomian Riau berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto di caturwulan I tahun 2016 mencapai Rp162,19 triliun, atau tumbuh sebesar 2,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ujanya.

Dari tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Provinsi Riau menempati urutan lima terbesar di seluruh Indonesia, sedangkan di Pulau Sumatera pada peringkat pertama

"Dalam keterbatasannya izin penerbitan yang menjadi kewenangan Provinsi Riau, akibat belum disahkannya peraturan daerah Rencana Tata Ruag Wilayah. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing Riau sudah berada di peringkat 5 besar Nasional," ujarnya menjelaskan keterbatasan yang dihadapi pemerintah daerah.

Sementara itu, untuk triwulan II tahun 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tumbuh sebesar 2,40 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2015 yang terkontraksi sebesar -2,13 persen. Kemudian diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp166,41 triliun.

"Kondisi perekonomian kita yang semakin membaik telah dapat menurunkan jumlah pengangguran dari 199.769 orang atau 6,72 persen pada Februari 2015 turun menjadi 176.048 orang atau turun menjadi 5,94 persen pada periode yang sama tahun 2016," katanya lagi.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Riau telah dibuktikan melalui keberhasilan Pemprov dalam menekan jumlah penduduk miskin berdasarkan data BPS Riau, pada posisi maret 2016 sebesar 515.042 jiwa atau 7,98 persen sedangka 2015 berjumlah 531.039 jiwa atau 8,42 persen.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pengadaan listrik dan gas, kemudian dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen-komponen pengeluaran konsumsi Rumah Tangga sebesar 6,41 persen.

Sedangkan untuk produksi sumber daya alam SDA, perlu optimalisasi dalam pengelolaannya. Sumber daya alam yang berlimpah di kawasan itu diantaranya minyak, tambang, komoditi perkebunan, kehutanan, pertanian serta kelautan perikanan.

Dikatakannya, untuk komoditas perkebunan masih menjadi sektor unggulan berdasarkan rencana pola ruang pada draft awal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Riau dengan alokasi untuk kawasan perkebunan seluas 3,65 juta hektare atau 41 persen dari luas Wilayah Setempat.

"Yang sudah dimanfaatkan sekitar 3,5 juta hektare lebih untuk usaha perkebunan. Data ini merupakan data statistik dinas perkebunan berdasarkan laporan dinas kabupaten/kota di Riau," kata Andi pula.

Ia mepaparkan, untuk usaha kelapa sawit dengan luas lahan 2.4 juta hektare, luasan ini berada peringkat nomor satu di Indonesia dari luasan kebun sawit nasional 10, 01 juta hektare.

"Dengan produksi minyak mentah kelapa sawit sebesar 7,8 juta ton dari 27,8 ton produksi nasional," tuturnya.

Selanjutnya, kata Andi, sektor kelapa produksi nomor satu secara nasional diikuti perkebunan karet produksi nomor empat dan sektor perkebunan lainnya seperti sagu, kopi dan pinang.

"Jadi sektor perkebunan menjadi pilar penggerak ekonomi di Riau, dimana 76 persen dari duduk Riau hidup dari perkebunan," kata dia. (Adv)