Satgas Karlahut Riau Siap Membantu KLHK Dalam Mengusut Kasus APSL

id satgas karlahut, riau siap, membantu klhk, dalam mengusut, kasus apsl

Satgas Karlahut Riau Siap Membantu KLHK Dalam Mengusut Kasus APSL

Pekanbaru (Antarariau.com) - Satgas Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Provinsi Riau mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait kasus dugaan kebakaran lahan korporasi kelapa sawit PT Andika Permata Sawit Lestari (APSL).

Apalagi, kata Wakil Komandan Satgas Siaga Karlahut Riau yang juga Kepala Staf Korem 031/Wirabima, Kolonel Czi I Nyoman Perwata di Pekanbaru, Selasa, setelah adanya penyanderaan tujuh orang staf kementerian oleh warga setempat.

"TNI dan dalam hal ini satgas siap membantu mendampingi mereka (KLHK) untuk memasang patok dan garis PPNS yang dicopot," katanya.

Ia mengatakan KLHK cukup meminta secara resmi apabila ingin adanya pendampingan untuk pengamanan dari satgas. "Cukup melakukan prosedur resmi, tinggal meminta saja kepada kami," kata I Nyoman Perwata.

Kasus kebakaran lahan PT APSL kini ditangani oleh dua institusi, yakni Polda Riau dan KLHK. Menteri LHK Siti Nurbaya sudah menyatakan bahwa kasus itu menjadi prioritas karena adanya kebakaran lahan, alih fungsi kawasan hutan dan juga penyanderaan.

Bahkan, Siti Nurbaya mensinyalir pihak perusahaan berada di balik insiden penyanderaan usai staf KLHK melakukan penyegelan lahan terbakar pada pekan lalu.

Sementara itu, Humas PT APSL Novalina Sirait membantah tuduhan bahwa pihak perusahaan ikut andil dalam penyanderaan staf KLHK. Meski begitu, dia mengatakan, pihak perusahaan tetap menghormati proses hukum yang sedang berlangsung.

"Itu inisiatif dari masyarakat. Ada kesalahpahaman sehingga yang muncul jadi disangka penyanderaan," katanya.

Ia mengatakan, lahan terbakar yang sedang diselidiki juga bukan kebun inti APSL. APSL memperoleh izin usaha perkebunan seluas 3.112 hektare (ha) berdasarkan Surat Kpts.505/disbun/2002/001 yang berlokasi di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Rokan Hulu.

Ia menjelaskan, lahan yang terbakar adalah milik mitra APSL yang bekerjasama dengan warga setempat dengan membentuk kelompok tani yang masing-masing menguasai lahan ribuan hektare.

Dua di antaranya adalah Kelompok Tani Nelayan Andalan yang menguasai lahan seluas sekitar 5.000 ha dan Kelompok Tani Melayu Terpadu sekitar 3.000 ha.

"Api awalnya juga berasal dari luar lahan kelompok tani karena cuaca panas dan angin kencang membuat api melompat ke kebun kelompok tani," ujarnya.