Memimpin Pemberdayaan Perempuan

id memimpin pemberdayaan perempuan

Memimpin Pemberdayaan Perempuan

Oleh Megawaty Khie, Vice President dan Managing Director, SAP Indonesia

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kesetaraan gender adalah topik hangat di mana-mana hari ini. Kita sekarang memiliki banyak pemimpin perempuan terkemuka di dunia, termasuk Angela Merkel, Michelle Obama dan Sheryl Sandberg. Menurut majalah Forbes bulan Juni 2016 Edisi 100 Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia, pemimpin perempuan di negara kita sendiri, Sri Mulyani Indrawati berada pada urutan ke-37. Ini tentunya momen yang sangat membanggakan bagi kita semua di Indonesia.

Sri Mulyani Indrawati, yang sebelumnya merupakan Managing Director Bank Dunia, kembali diangkat sebagai Menteri Keuangan. Pasar saham dan rupiah meningkat secara dramatis pada hari pengumuman tersebut dibuat. Seiring dengan kesadaran masyarakat yang bertumbuh akan kesetaraan, jumlah pemimpin perempuan di negeri ini, terus meningkat.

Memberikan wanita suara dalam memperjuangkan hak-hak mereka

Di sinilah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-5-nya (Sustainable Development Goal – SDG) ikut bermain. Tujuan ke-5 ini secara khusus ditargetkan untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan di dunia. Sebagaimana yang dicatat oleh PBB, "Kesetaraan gender bukan hanya hak dasar manusia, tetapi dasar yang diperlukan untuk dunia yang damai, sejahtera, dan berkelanjutan."

Jika dunia berhasil dalam mencapai tujuan ini sesuai dengan target tahun 2030, perempuan tidak lagi mengalami kekerasan ekstrem, seperti perdagangan dan eksploitasi seksual. Praktek berbahaya seperti kawin paksa dan mutilasi alat kelamin perempuan akan berakhir. Wanita akan memiliki akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi.

Menutup kesenjangan gender dalam penggunaan internet

Sebuah laporan terbaru oleh World Wide Web Foundation menemukan bahwa perempuan di daerah miskin perkotaan dari negara-negara berkembang memiliki kemungkinan yang 50% lebih kecil untuk menggunakan Internet daripada laki-laki.

NetHope, organisasi yang menciptakan kolaborasi antara organisasi nirlaba dan perusahaan teknologi untuk melayani populasi di negara berkembang, dan mitranya menciptakan Women and the Web Alliance, yang memperkenalkan lebih dari 600.000 perempuan dan anak perempuan Kenya dan Nigeria dalam rentang usia 15-25 tahun ke Internet untuk memajukan pemberdayaan sosial dan ekonomi mereka. Selain itu, berkat inisiatif ini, 540.000 perempuan sekarang memiliki akses ke program e-learning dan mentoring online.

Memberantas pengecualian keuangan

Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa sekitar 2,5 miliar orang tidak memiliki akun resmi di lembaga keuangan, dan hanya 47% wanita memiliki rekening bank dibandingkan 55% pria. Untuk mengatasi ketidaksetaraan semacam ini, Compartamos Banco, bank keuangan mikro terbesar di Amerika Latin, membuka pintunya pada tahun 1990 untuk menyediakan pembiayaan untuk perempuan pemilik usaha kecil dengan pendapatan rendah. Hari ini, lebih dari 90% dari 2,8 juta klien bank tersebut di Meksiko, Guatemala, dan Peru adalah perempuan.

Dengan alat seperti pinjaman, tabungan, asuransi, dan pendidikan keuangan, Compartamos Banco berharap untuk memberikan nasabah wanitanya alat yang mereka butuhkan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Memberdayakan Perempuan Indonesia

Tidak diragukan lagi, pendidikan merupakan kunci untuk kesadaran publik yang lebih besar atas kesetaraan dan inklusi dan dapat menjadi titik temu untuk membantu perempuan dalam melangkah menuju promosi dan kemajuan. Berdirinya sekolah pertama untuk anak perempuan Indonesia pada tahun 1903 oleh RA Kartini merupakan langkah utama menuju pengakuan hak universal atas pendidikan.

Sejak itu, Indonesia telah melanjutkan langkahnya untuk memastikan kesetaraan gender dalam pendaftaran pendidikan dan tingkat melek huruf, serta menjamin akses nasional untuk pendidikan dasar (The Jakarta Post, 16/05).

SAP pun mengambil tindakan

SAP juga melakukan bagiannya dalam menghilangkan ketidaksetaraan gender dalam mendukung visi dan tujuannya, yaitu untuk membantu dunia berjalan lebih baik dan meningkatkan kehidupan masyarakat.

Pada tahun 2015, SAP memiliki 32,1% perempuan dalam angkatan kerja dan 23,6% perempuan dalam peran manajemen. Angka 23,6% ini merepresentasikan peningkatan sebanyak lima persen sejak tahun 2011. Dengan dampak program seperti LEAP (Leadership Excellence Program Akselerasi), SAP berkomitmen penuh untuk mencapai target 25% pada 2017.

Program LEAP sendiri didasarkan pada lima pilar model pembangunan yang meliputi kesadaran diri, pengembangan karir dan perencanaan, jaringan dan branding, membangun kemampuan, serta mentoring dan sponsor. Misinya adalah untuk menumbuhkan dan mempercepat jaringan pemimpin SAP yang mampu untuk membantu perusahaan mencapai tujuan 25% kepemimpinan perempuan pada 2017.

Di SAP Indonesia, kami bangga bahwa angkatan kerja kami terdiri dari 25% pemimpin perempuan. Dengan 40% dari karyawan kami yang adalah perempuan, SAP Indonesia menunjukkan bahwa kami merupakan perusahaan kelas dunia dengan komitmen yang tiada hentinya untuk memperjuangkan keberagaman dan kesetaraan.

Kami berkomitmen, dan berharap Anda juga.

###

Penulis:

Megawaty Khie, Vice President & Managing Director SAP Indonesia, bertanggung jawab atas strategi pengembangan bisnis dan operasional SAP di Indonesia. Megawaty memiliki sekitar 20 tahun pengalaman di dalam industri teknologi informasi dan komunikasi. Sebelum bergabung dengan SAP, Megawaty berkarya dalam beragam perusahaan nasional termasuk HP, Dell dan Microsoft, memegang berbagai peran kepemimpinan lokal dan regional. Untuk informasi lebih lanjut mengenai SAP, silakan kunjungi www.sap.com.