Pekanbaru (Antarariau.com) - Pemerintah Provinsi Riau diminta meluruskan konsep sagu sebagai alternatif pemenuhan karbohidrat pengganti nasi yang merupakan pilihan dalam mengatasi kekurangan bahan pangan di kawasan setempat.
"Perlu diluruskan bahwa sagu sebagai alternatif pangan yang dimaksudkan yakni, setelah difortifikasi ke dalam produk olahan makanan lainnya yang mengandung protein, vitamin, lemak," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau Darmansyah di Pekanbaru, Kamis.
Hal tersebut dikatakan Darmansyah menanggapi pendapat ahli gizi yang menyatakan bahwa sagu bukan alternatif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat di dalam tubuh, pengganti nasi.
"Sagu saja pengganti makanan pokok memang tidak cukup, maka itu saya luruskan sagu yang sudah dicampurkan dengan unsur gizi lainnya," sebutnya.
Darmansyah meluruskan, kandungan karbohidrat pada sagu memang tidak setara dengan kandungan karbohidrat yang terdapat pada nasi.
Namun begitu, kata dia, sagu tetap menjadi salah-satu sumber alternatif kestabilan ketahanan pangan mengingat suplai beras di kawasan setempat 70 persen dipasok dari provinsi tetangga.
Di sisi lain, Riau menjadi penghasil sagu yang cukup tinggi mencapai 246.000 ton per tahun. Tetapi tingkat konsumsi masyarakat hanya sepuluh persen, sehingga pada umumnya pangan ini dikirim ke Cirebon.
"Justru sagu sangat direkomendasi bagi yang berumur 40 tahun keatas yang rentan terkena penyakit diabetes daripada beras," sebut Darmansyah.
Ketika disinggung terkait makanan sagu lebih lambat apabila dicerna tubuh manusia dibandingkan tepung-tepung yang lain atau sejenis. Darmansyah tidak membenarkan, karena serat kasar yang terkandung dalam sagu bertahan lama di lambung justru bagus untuk orang yang sedang berpuasa.
"Banyak persepsi tentang sagu, namun yang jelas sagu ke depannya akan menjadi bahan dasar dalam beranekaragam makanan," katanya pula.
Berapa waktu lalu, seorang pakar gizi menilai, sagu tidak bisa menjadi alternatif pilihan dalam mengatasi kekurangan bahan pangan di Provinsi Riau, apalagi bila dijadikan sebagai makanan pokok.
Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Dr Hardinsyah, dalam sagu memiliki unsur rendahnya karbohidrat dan bisa lebih lambat apabila dicerna tubuh manusia.
Pergizi menyarankan harus dibuat suatu inovasi terkait dengan cara makan sagu seperti sekarang dikenal dengan nama beras tiruan terdiri dari campuran dari jagung, beras dan umbi-umbian.
"Yang paling efektif, dalam beras tiruan itu terdapat sagu. Mungkin kandungan sagu cukup 20 persen supaya tetap terasa nasi, begitu kan. Supaya orang di Riau tidak gemuk dan tidak menderita diabetes," katanya.
Oleh: Diana Syafni
Berita Lainnya
Airlangga sebut Presiden Jokowi arahankan menteri beri penjelasan seluas-luasnya
05 April 2024 15:36 WIB
Bila sering buang air besar setelah minum kopi, ini penjelasan ahli
02 March 2024 16:26 WIB
4 ETLE di Pekanbaru mati, ini penjelasan polisi
23 February 2024 13:03 WIB
Ini penjelasan soal pengeroyokan mahasiswa viral di medsos
20 January 2024 13:46 WIB
Aroma parfum mampu pengaruhi suasana hati, begini penjelasan psikolog
18 December 2023 11:12 WIB
Benarkah mandi dengan membasuh kepala dulu sebabkan strok? Begini penjelasan pakar
27 September 2023 15:01 WIB
Biar gak gagal paham, ini penjelasan status lahan di Pulau Rempang
10 September 2023 6:21 WIB
Bolehkah minum air kelapa setiap hari? Begini penjelasan ahli gizi.
02 September 2023 11:38 WIB