Pekanbaru (Antarariau.com) - Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Riau di Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan, pada November 2016, inflasi Riau sebesar 1,15 persen dominan dipicu oleh naiknya harga cabai merah yang cukup tinggi.
"Kenaikan harga cabai merah bukan karena tingginya konsumsi namun lebih karena hujan dan mengakibatkan pasokan dari sentra produksi berkurang," kata Kepala BPS Riau Aden Gultom di Pekanbaru, Kamis.
Menurut dia, cabe merah pada musim hujan tidak produktif atau hanya bisa dipanen sebanyak 0,3 kilogram setiap batang namun pada musim normal bisa mencapai 1 kilogram per batang.
Selain itu yang memicu harga cabe merah melonjak tinggi juga akibat biaya perawatan cabe mahal karena harus disemprot dengan fungisida untuk membunuh hama.
"Harga cabe di Riau masih belum normal sama halnya juga dialami secara nasional akibat musim hujan serentak," katanya.
Ia menjelaskan, inflasi Riau sebesar 1,15 persen sama artinya telah terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 126,32 pada Oktober 2016 menjadi 127,76 pada November 2016.
Sedangkan tingkat inflasi tahun kalender sebesar 3,80 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun/year on year tercatat sebesar 4,92 persen.
Ia merinci inflasi Riau pada bulan November 2016 sebesar 1,15 terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen pada lima kelompok pengeluaran, dengan inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,55 persen dengan andil 0,62 persen.
Komoditas utama yang mengalami inflasi dan memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah, bawang merah, beras, cabai rawit, cabai hijau, tomat sayur, ikan tongkol, ikan nila, pisang, kelapa, ikan serai, dan lain sebagainya.
Kemudian diikuti kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,58 persen dengan andil 0,32 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,35 persen dengan andil 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,70 persen dengan andil 0,15 persen, dan kelompok sandang sebesar 0,38 persen dengan andil 0,02 persen.
Sedangkan dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi, yaitu kelompok kesehatan sebesar 0,30 persen dengan andil 0,01 persen, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen dengan andil 0,04 persen.
Berita Lainnya
BPS: Ekonomi Indonesia alami inflasi 0,04 persen pada Januari 2024
01 February 2024 12:10 WIB
BPS sebut kenaikan harga tiket pesawat beri andil tertinggi inflasi Kota Malang
03 July 2023 16:28 WIB
BPS catat Perekonomian RI alami inflasi 0,14 persen pada Juni 2023
03 July 2023 12:11 WIB
Badan Pusat Statistik catat inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen
01 February 2023 11:46 WIB
Kepala BPS sebut bensin sumbang inflasi tertinggi 1,15 persen sepanjang 2022
02 January 2023 14:35 WIB
November 2022 Riau alami inflasi 5,89 persen
01 December 2022 21:38 WIB
BPS laporkan inflasi November capai 0,09 persen disumbang harga telur ayam ras
01 December 2022 14:22 WIB
Ekonom sebut kenaikan inflasi masih dalam batas yang wajar
04 July 2022 12:12 WIB