BI Harapkan Inflasi Riau 2016 Tidak Melebihi Lima Persen

id bi harapkan, inflasi riau, 2016 tidak, melebihi lima persen

BI Harapkan Inflasi Riau 2016 Tidak Melebihi Lima Persen

Pekanbaru (Antarariau.com) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau memperingatkan wilayah tersebut untuk mengendalikan pergerakan inflasi tahunan 2016 agar tidak melebihi target maksimal yang dipatok sebesar 5 persen pada sisa menjelang akhir tahun.

"Saat ini total inflasi bulan berjalan Januari hingga November 2016 sudah 3,8 persen," kat Kepala Bank Indonesia Ismet Inono di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Ismet jumlah kumulatif inflasi 2016 di Riau 3,8 persen ini perlu diwaspadai oleh semua pihak baik pemerintah selaku pengambil kebijakan daerah.

Sebab sudah mendekati ambang batas target penetapan inflasi tahunan Riau 2016 yang dipatok sebesar 4 persen plus minus satu. Artinya maksimal hanya boleh 5 persen.

"Angka inflasi tahun ini memang agak berat, kami perkirakan hingga akhir tahun dari data yang sudah ada perhitungan sedikit di atas 5 persen. Kemungkinan bisa 5,2-5,3 persen," terang dia.

Akan tetapi sebut Ismet hal ini bisa ditekan kalau ada upaya secara bersama untuk melakukan pengendalian selama Desember ini. Makanya sebut dia pihaknya selaku koordinator Tim Pengendalian Inflasi Derah (TPID) Riau bersama seluruh anggota dari unsur pemerintah melakukan koordinasi untuk mencarikan solusi di sisa waktu menjelang akhir tahun.

Karena akan ada momen perayaan Natal dan pergantian tahun dalam Desember ini yang menjadi momok bagi harga kebutuhan pokok alami kenaikan.

Ismet menilai jika inflasi pada Desember ini liar seperti bulan November yang angkanya di atas satu digit maka jelas target awal tahun untuk inflasi 2016 sebesar 4 persen plus minus satu akan gagal tercapai.

Namun Ismet mengakui jika semua mau berupaya dan bersama-sama bergerak baik TPID, masyarakat, bahkan para aparat juga pedagang menjaga kondisi yang tidak panik sehingga membuat aksi borong, maka angka inflasi bisa dikendalikan tidak melebihi target.

Maka dari itu sebut Ismet lagi ada hal yang perlu dilakukan dalam kurun waktu kurang dari sebulan kedepan.

Walau diakuinya untuk menambah produksi cabai keriting dalam jangka singkat dengan menanam saat ini tidak mungkin lagi. Namun upaya tersebut dengan gerakan menanam cabai keriting dalam polybag bagi rumah tangga bisa jadi spirit meredam kepanikan harga di pasar kedepan.

"Ini cara kami memberitahu bahwa akan ada gerakan menanam cabai dengan jumlah 100 ribu batang di Pekanbaru, nanti juga ada di Tembilahan dan Dumai," terang dia lagi.

Selain itu sebut Ismet yang perlu mendesak dilakukan oleh Riau saat ini hingga akhir tahun adalah ketercukupan pasokan bahan pangan.

"Makanya kami akan ketemu distributor untuk mengecek stok dan sidak ke gudang bersama dengan Polri untuk pengawasan mencegah upaya penimbunan barang kebutuhan pokok," tegasnya.

Selain itu upaya lainnya yang perlu dilakukan bersama yakni pembentukan cadangan beras pemerintah (CBP) di daerah, pendampingan petani, stop konversi lahan produktif, penyajian data dan informasi pangan, penyediaan infrastruktur pangan dan infrastruktur pendukungnya dan pendampingan bisa menggerakkan Gapoktan untuk koordinasi menjual ke Bulog dan penyusunan data stok, dan peta panen. Revitalisasi pasar lelang, operasi pasar, pasar murah, pemanfaatan teknologi informasi dalam pengolahan data dan sebagainya.

Namun demikian Ismet masih memiliki rasa optimisme untuk bisa mengendalikan inflasi tahunan Riau 2016 kalau semua pihak bisa melakukan sesuatu di tiga minggu menjelang akhir tahun.

"Memang berat tinggal selangkah lagi, tetapi saya optimis jika sisa waktu ini kita berbuat masih bisa mengendalikannya. Tetapi kalau kita diamkan memang bisa lepas," katanya lagi.

Sebab melihat fenomenal biasanya inflasi Desember itu nilainya diatas satu digit.

Tetapi harapan itu selalu ada, apalagi menurut Ismet Ketua TPID Riau yang dipegang Sekretaris Daerah Ahmad Hijazi sangat mendukung upaya pengendalian inflasi dengan langsung memimpin rapat, mengintruksikan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk melakukan tindakan pasti.

"Walau tindakan aksinya tidak banyak tetapi fokus," ucapnya.

Ditanyai dampak dari tidak terkendalinya inflasi Riau kedepan Ismet menjelaskan lagi masalah liarnya inflasi ini sangat erat kaitannya nanti dengan pertumbuhan ekonomi Riau.

Karena di satu sisi inflasi tinggi sementara angka pertumbuhan ekonomi justru rendah tidak sampai 3 persen.

Misalkan sebut dia mencontohkan pertumbuhan ekonomi Riau 2-2,5 persen sementara inflasi sampai 5 persen, itu artinya masyarakat tekor atau merugi.

"Artinya kemampuan rill Riau bukan naik malah turun," tegasnya lagi.

Makanya sebut Ismet menambahkan pergerakan inflasi tahunan Riau itu harus sesuai dengan target awal tahun yakni 4 persen itu bagus.

Menurut Ismet pergerakan Inflasi semakin liar itu terjadi mulai September hingga November.

Sebetulnya sampai Agustus inflasi Riau masih bagus.Yang tidak terkendali itu mulai September ini," katanya.

Hal ini dikarenakan setelah musim hujan harga cabai keriting itu diluar dugaan naiknya. Padahan cabai secara sumbangan pembentuk inflasi dia tidak sebesar beras. Namun karena lonjakannya melebihi enam kali lipat dari Rp20.000 per kilogram menjadi Rp120.000 perkilogram.

"Lonjakannya itu jauh daripada perkiraan kita itu yang membuat angka inflasi itu terkerek ke atas. Bayangin dari inflasi Januari-November 2016 itu 3,8 persen, tetapi cabai sendiri itu menyumbang 1,17 persen," paparnya.

Untungnya program Bulog untuk penyaluran rastra sudah selesai, dan akan ada operasi pasar kalau harga naik, dan stok cukup sampai lima bulan kedepan.

"Tetapi lain-lain yang perlu diwaspadai pada kebutuhan Natal dan tahun baru adalah harga cabai keriting, daging ayam ras, telur," kata dia.