Perbaikan Infrastruktur Sokong Riau Menyapa Dunia

id perbaikan infrastruktur, sokong riau, menyapa dunia

Perbaikan Infrastruktur Sokong Riau Menyapa Dunia

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Provinsi Riau dibawah kepemimpinan Gubenur Arsyadjuliandi Rachman terus berupaya mengembangkan potensi pariwisatanya, komitmen itu terlihat dengan merilis Riau Menyapa Dunia yang menggandeng sejumlah pemangku kepentingan bahkan Kementerian Pariwisata RI turut berupaya mempromosikan.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan akan bertekad mendukung target pariwisata nasional. Menurut dia, Riau memiliki banyak agenda wisata atau calender event, seperti daya tarik alam, budaya, dan wisata buatan, yang cukup menarik. Di antaranya Pantai Rupat dan Beting Aceh, Bono, Candi Muara Takus, Tour de Siak, Bono, dan kuliner andalannya Sagu Riau Menyapa Dunia.

Tentunya diharapkan Pemprov Riau lebih memberikan perhatian kepada Pemerintah Kabupaten Kota di Riau bisa mengucurkan dana APBD Riau untuk daerah dalam menuntaskan permasalahan infrastruktur dasar masyarakat seperti kerusakan jalan, jembatan dan pengembangan wisata. Hal tersebut dalam upaya mewujudkan dukungan infrastruktur dalam mensukseskan riau menyapa dunia.

Andi Rachman sapaan akrab Arsyadjuliandi menargetkan, dalam dua tahun ke depan jumlah kunjungan wisatawan ke Riau bisa mencapai 100.000 setiap tahunnya.

"Kita tidak usah banyak-banyak, 100.000 per tahun sudah cukup. Tahun 2015 angka kita sudah 54.000 dan jika terus kita dorong dengan semangat kebersamaan, Insya Allah 100.000 wisatawan per tahun bisa dicapai," ujarnya.

Dikatakan, Pemerintah Provinsi Riau bersama Pemerintah Kabupaten/Kota akan membuka pintu-pintu masuk ke Riau. Menurutnya, hal ini dilakukan untuk membuka akses wisatawan yang akan berkunjung ke Riau dan akan berdampak pada peningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Riau serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.

Diharapkannya, semua profesi dapat saling bahu membahu dalam menjawab tantangan tersebut kedepan. Dengan meningkatkan produktifitas daya saing masyarakat, upaya pengembangan di sektor potensial pariwisata agar dilirik oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

"Semua menjadi bagian bersama-sama mengemasnya menjadi wisata yang dilirik wisatawan," katanya.

Sementera itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau Fahmizal Usman menjelaskan tentang potensi pariwisata yang ada di Bumi Melayu tersebut.

Dalam mengembangkan sektor wisata potensial seperti Bakar Tongkang, Pacu Jalur, Bakudo Bono, Tour de Siak dan lainnya berbagai strategi terus diupayakan.

Dinilainya, geliat pariwisata sejalan dengan ekonomi kreatif. Pada 2015 lalu, Riau berhasil menggaet 54.772 pengunjung dan ditargetkan pada tahun ini dua kali lipat kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Langkah strategis yang digagas Disparekraf yakni dengan mengangkat unsur historikal dari destinasi pariwisata di kawasan itu.

Salah satunya, Festival Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), yang diadakan setiap tahunnya sarat akan nilai sejarah ratusan abad silam.

Ia mengatakan, pihaknya bersama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Riau menggali cacatan sejarah berkaitan dengan budaya lokal.

Selanjutnya, Kata Fahmizal, yang tak luput dari nuansa kearifan lokal masyarakat terpencil, Suku Talang Mamak menjadi "magnet" Ekowisata Taman Nasional Bukit Tiga Puluh yang berlokasi di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Provinsi Riau bagi wisatawan.

Destinasi berikutnya berlokasi di Bagan Siapiapi yang telah berhasil menggaet wisatawan mancanegara baik dari Singapura, Malaysia serta China untuk menghadiri tradisi Bakar Tongkang.

Festival yang digelar setiap tahunnya, kata Fahmizal, bermula dari sejarah pendatang China yang hijrah pada 1883 ke Bagan Siapiapi. Nama Bagan berasal dari kota banyak lampu yang ternyata adalah kunang-kunang saat mereka menghampiri daratan tersebut. Akhirnya warga Tionghoa ini menetap di sana.

"Perahu yang membawa mereka kesana dibakar dengan feng shui melihat tiangnya tumbang kemana. Kalau tumbang ke darat rejeki dari darat, kalau tumbang ke laut berarti rejeki dari laut," begitu sejarahnya Fahmizal bercerita.

Lain lagi dengan Tour the Siak yang dirancang Kabupaten Siak untuk mengeksplore seluruh wisata yang ada disana dengan diikuti oleh pembalap-pembalap Internasional.

Dari Kabupaten Pelalawan, kata dia, ada Bononya Indonesia. Bono hanya ada lima di dunia yakni Indonesia, Brasil, China, Malaysia dan Inggris dengan panjang gelombang sampai 6 meter.

"Bono di kawasan kita yang paling besar. 5 bulan yang lalu sudah pecah rekor dunia, mereka main surfing sejauh 17,2 km selama 1,2 jam masuk Guinnes Book of Record. Ini kan sudah luar biasa," kata dia bersemangat.

Kemudian ada Festival Pantai Rupat di Bengkalis yang khas dengan tarian Zapin Api, Pulau Beting Aceh yang terkenal dengan hamparan pasir putihnya, Candi Muara Takus berserta tempat peninggalan sejarah lainnya. Ada wisata religi, wisata agro, wisata budaya yang sangat potensial namun belum terekspose secara keseluruhan.

Pihaknya beserta sentral satuan kerja terus melakukan koordinasi di sektor pariwisata sejalan dengan promosi yang terus digencarkan.

Seperti dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU), Bina Marga tentang infrastruktur, dengan Dinas Cipta karya untuk pengembangan kawasan wisata, Dinas koperasi untuk pengembangan kelembagaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk pengembangan kerajinan-kerajinan suvenir serta Dinas Perhubungan terkait lokasi, tanda jalan, dan berbagai macam.

"Ini merupakan sentral-sentral koordinasi yang kita lakukan baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun tingkat nasional," kata Fahmizal. (Adv)