Patih Laman Masih Berniat Kembalikan Kalpataru

id patih laman, masih berniat, kembalikan kalpataru

Patih Laman Masih Berniat Kembalikan Kalpataru

Pekanbaru, 28/2 (ANTARA) - Patih Laman, pemimpin tertinggi suku Talang Mamak mengaku masih berniat untuk mengembalikan penghargaan Kalpataru yang pernah diperoleh dari Presiden Megawati tahun 2003 kepada Gubernur Riau, Rusli Zainal. "Sampai hari ini saya masih punya niat untuk mengembalikan penghargaan itu (Kalpataru) kepada gubernur Riau," kata Patih Laman (90), kepada ANTARA di kediamannya Desa Sungai Ekok, Kecamatan Rakit Kulim, Indragiri Hulu, Riau, Ahad.Pasalnya, lanjut dia, niat yang telah adadalam dua bulan terakhir itu belum juga bisa dilakukan karena dirinya belum juga bertemu dengan Raja Thamsir Rachman, selaku raja muda Indragiri Hulu.Hingga kini suku Talang Mamak sebagai salah satu suku terasing yang mendiami Desa Sungai Ekok dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang terletak di wilayah perbatasan Riau dan Jambi masih menjunjung tinggi adat.Suku asli di Riau itu masih menganggap Raja Thamsir Rachman sebagai pemimpin tertinggi di Indragiri Hulu meski daerah itu dipimpin oleh seorang kepala daerah setingkat bupati."Sudah dua bulan kami ingin sekali bertemu raja muda untuk meminta izin sebelum mengembalikan Kalpataru itu kepada pemerintah, tapi kami kesulitan sehingga perhargaan itu belum kami pulangkan," jelasnya.Dia mengaku, sedikitnya telah satu kali pergi ke Kota Pekanbaru yang berjarak sekitar 300 kilometer dari desanya untuk mengembalikan Kalpataru sebagai bentuk kekecewaan karena minimnya dukungan pemerintah dalam menjaga hutan suku adat Talang Mamak yang telah rusak diserobot pihak luar."Tiga pekan lalu kami telah ke Pekanbaru, namun karena tidak bisa bertemu dengan Raja Thamsir yang masih di Jakarta, akhirnya kami pun mengurungkan niat kembalikan penghargaan itu," jelasnya.Hingga kini sedikitnya sekitar 1.904 hektare (ha) hutan adat masyarakat Talang Mamak, habis dibabat oleh para pendatang dalam dua tahun terakhir atau akhir tahun 2007 yang menyebabkan dua diantara empat kawasan hutan adat telah beralih fungsi jadi perkebunan sawit.Kedua hutan adat itu yakni Hutan Keramat Rimba Puaka Penyabungan dan Penguanan seluas 1.800 ha, kemudian Hutan Keramat Rimba Puaka Sungai Tunu seluas 104,933 ha.Sedangkan yang masih tersisa yakni Hutan Keramat Rimba Puaka Durian Bejajar seluas 98,577 ha dan Hutan Keramat Rimba Puaka Kelumbuk Tinggi Baner seluas 21,901 ha.