Jakarta (Antarariau.com) - Kondisi pasca-kebenaran, post-truth, setelah penyebaran berita bohong, rawan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, menurut pengamat media sosial Nukman Luthfie.
Jika publik tidak bisa membedakan mana hoax mana bukan, ya pasti rawan, kata Nukman saat dihubungi ANTARA News.
Dalam pengertian sederhana, post-truth adalah keadaan ketika sebagian besar publik sulit membedakan mana informasi yang benar, yang palsu dan mana yang bersifat advertorial.
Dalam situasi yang melibatkan politik, misalnya pemilihan umum, kondisi tersebut rawan disalahgunakan untuk mengacaukan persepsi publik.
Untuk itu, menurut dia, pemerintah perlu menangkap orang yang membuat berita hoax, bukan hanya mereka yang menyebarkan. Pengetahuan masyarakat mengenai informasi, media dan media sosial pun perlu ditingkatkan agar peristiwa seperti ini berkurang.
Masyarakat bisa bedakan mana hoax mana bukan, kata dia.
Peran media arus utama perlu ditingkatkan agar mendapatkan kembali kepercayaan publik sehingga ketika beredar informasi yang diragukan, mereka tahu harus merujuk ke mana.
Berita Lainnya
Danrem 031/Wirabima hadiri penobatan Yang Dipertuan Besar XVI Raja Luhak Kepenuhan Rohul
07 February 2024 22:30 WIB
Daftar tim bola voli yang berhasil lolos ke babak 12 besar Asian Games 2022
22 September 2023 10:56 WIB
Menko Marves Luhut targetkan Borobudur jadi sumber penerimaan negara yang besar
22 July 2023 10:42 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif sebut potensi EBT yang besar harus dioptimalkan
12 July 2023 16:33 WIB
Sekjen NATO Jens Stoltenberg serukan anggaran pertahanan yang lebih besar
16 February 2023 12:04 WIB
BPBD Pamekasan data jumlah perahu nelayan yang rusak akibat ombak besar
27 December 2022 10:04 WIB
Pesawat amfibi berukuran besar China yang dikembangkan catat kemajuan signifikan
28 September 2022 15:55 WIB
Penerima BLT di Siak ada yang punya mobil dan rumah besar, kok bisa?
27 June 2022 20:20 WIB