Mau Tahu Keseruan Imlek Di Meranti, Berikut Ulasannya Untuk Anda

id mau tahu, keseruan imlek, di meranti, berikut ulasannya, untuk anda

Mau Tahu Keseruan Imlek Di Meranti, Berikut Ulasannya Untuk Anda

Selatpanjang (Antara) - Perayaan Tahun Baru Imlek 2.568 pada tahun ini di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, berlangsung dengan meriah dan mampu mendatangkan puluhan ribu wisatawan nusantara dan mancanegara, karena dikemas menjadi andalan wisata Provinsi Riau.

Berdasarkan pantauan Antara di Selatpanjang, Kamis, puncak rangkaian Imlek ditandai dengan perayaan Imlek Keenam (Cui Lak). Panitia menggelar pesta kembang api selama lima jam sebelum tengah malam hingga 02.00 WIB. Langit malam yang terlihat terang benderang dan jadi hiburan bagi warga dan wisatawan.

"Saya rekam video kembang apinya sangat panjang, dan saya kirim ke kawan-kawan di Jakarta. Mereka langsung bilang: Wow, gila banget kembang apinya!," kata seorang wisatawan dari Kota Batam, Herry (54).

Ketua Persatuan Hotel Indonesia (PHRI) Selatpanjang, Uyung Salis, mengatakan wisata Imlek di Meranti punya nilai jual karena keunikannya. Hal itu membuat wisatawan sampai rela memesan kamar untuk perayaan tahun depan. Dampak positif dari kegiatan itu dirasakan merata disemua lapisan masyarakat mulai dari bisnis hotel, kuliner, penjual pistol air, penjual kembang api, hingga pedagang becak.

Keunikan dari wisata Imlek di Selatpanjang karena adanya Festival Perangi Air (Cian Cui) selama enam hari dan diakhiri dengan pesta kembang api serta pawai keliling kota. Menurut dia, pemerintah sebenarnya tidak perlu keluar biaya besar untuk mengemasnya karena itu merupakan tradisi yang biayanya mayoritas dari masyarakat sendiri.

"Saya dapat informasi, untuk pesta kembang api itu biayanya Rp3 miliar yang seluruhnya dana swadaya masyarakat, bukan dana pemerintah. Itu kan luar biasa, tinggal pemerintah dan instansi terkait meningkatkan promosi saja," ujarnya.

Sementara itu, pada pawai budaya pada Imlek Keenam tidak hanya diikuti oleh warga Tionghoa yang berkeliling ke puluhan kelenteng, melainkan juga diisi dengan karnaval anak-anak yang mengenakan pakaian tradisional Cina, model yang mengenakan pakaian seperti dewa, iring-iringan mobil hias, hingga Reog Ponorogo.

"Ketika perayaan Tahun Baru Imlek sudah menjadi wisata, artinya itu bukan hanya milik warga Tionghoa. Itu milik semua masyarakat, karena itu kita kemas dengan menarik supaya perang air dan pawai juga diikuti oleh warga lainnya dan wisatawan," kata Humas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Atan.

Ia mengatakan perang air tidak ada kaitannya dengan ritual agama melainkan dari permainan anak-anak di Selatpanjang pada saat Imlek, bahkan ada juga pernah digelar saat Idul Fitri. Hanya saja, ia mengatakan perang air saat Imlek lebih lama karena berlangsung selama enam hari.

"Semoga saja bisa digelar secara besar perang air saat Lebaran Idul Fitri, supaya Meranti bisa ada dua kali Festival Perang Air dan makin banyak wisatawan datang," katanya.

Pemprov Riau telah menyatakan dukungan penuh agar Festival Perang Air di Kota Selat Panjang bisa mendunia sebagai agenda wisata andalan yang mampu menarik puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara.

"Ke depan, festival perang air akan didorong jadi kalender nasional karena sama-sama kita lihat kegiatan ini sudah dapat menghadirkan wisatawan, baik dari nusantara dan mancanegara," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman kepada Antara.

Berdasarkan data Panitia Festival Perang Air, ada lebih dari 20.000 wisatawan yang ikut menghadiri Festival Perang Air pada tahun ini, dan meningkat dibandingkan 2016 yang mencapai 16.000 orang.