Pekanbaru (Antarariau.com) - Bank Indonesia menyatakan sekitar Rp13,56 triliun kredit perbankan telah dikucurkan untuk pembiayaan industri kelapa sawit di Provinsi Riau selama 2016.
"Sebesar 23,56 persen atau Rp13,56 triliun total kredit perbankan merupakan kredit ke industri kelapa sawit pada subsektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan," kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, Irwan Mulawarman, di Pekanbaru, Rabu.
Dalam kajian ekonomi BI, industri kelapa sawit memiliki peran yang besar dalam menyokong ekonomi Riau. Dengan luas kebun sawit Riau yang mencapai lebih dari 2,42 juta hektare, kelapa sawit dan produk turunannya menopang sebesar 39,31 persen dari perekonomian Riau, dan lebih besar ketimbang sektor pertambangan dan penggalian yang sumbangannya pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau 2016 mencapai 22,65 persen.
Karena potensi yang besar itu, maka sektor perbankan masih mempercayai pembiayaan ke sektor tersebut bakal membawa keuntungan. Hanya saja, Irwan mengatakan pembiayaan kepada industri kelapa sawit paling banyak diberikan pada kegiatan hulu.
"Pembiayaan hilirisasi industri kelapa sawit masih minim. Terbatas pada pengolahan minyak mentah dan minyak goreng saja, begitu juga dengan subsektor perdagangan atau ekspor kelapa sawit dan hasil olahannya.
Irwan mengatakan untuk memaksimalkan potensi sawit di Riau, harus dilakukan hilirisasi. Sebab, mayoritas sawit Riau dikirim ke luar sebagai bahan mentah. Padahal, lanjut Irwan di Malaysia sudah ada 120 turunan produk sawit yang memberikan nilai tambah tinggi. Sementara di Indonesia, hilirisasi sawit baru dikembangkan sebanyak 20 produk.
Menurut dia, pemerintah pusat dan daerah seharusnya memberi dukungan besar untuk pengembangan hilirisasi industri sawit karena pada 2020 Pemerintah Indonesia juga menargetkan untuk menekan ekspor komoditi mentah hingga 30 persen.
BI Riau telah melakukan simulasi pengembangan kawasan industri hilir sawit, diprediksi memberikan dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 0,21 persen "Baseline", dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja 0,62 persen per tahun serta meningkatkan volume ekspor 0,09 persen per tahun.
Dengan catatan, lanjutnya, pengembangan kawasan industri membutuhkan pengembangan industri yang terintegasi khususnya untuk subsektor industri pengolahan kelapa sawit, atau dari "oilpalm" menjadi "edible oil".
Dengan adanya hilirisasi diasumsikan dapat memberikan kenaikan "output oilpalm" sebesar 25 persen, mengingat dua perusahaan besar melakukan hilirisasi dengan rata-rata produksi 500 metrikton per bulan, serta peningkatan produktivitas "edible oil" mencapai 50 persen serta kenaikan investasi dan ekspor.
Namun, Irwan mengatakan investasi untuk hilirisasi sawit dalam pengembangan kawasan industri masih terkendala masalah pembebasan lahan, masalah rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Provinsi Riau yang berlarut-larut, infrastruktur belum memadai terutama jalan dan listrik.
"Selama masalah RTRW Riau belum rampung pada tahun ini juga, pengembangan kawasan industri dan rencana hilirisasi sawit tidak akan berjalan karena investor tidak ada kepastian hukum terhadap lahan," ujarnya.
Berita Lainnya
Bawaslu Riau klaim Pemilu 2024 kondusif berkat peran media dan masyarakat
05 April 2024 6:01 WIB
Israel klaim ada sejumlah kemajuan dalam negosiasi sandera dengan Hamas
29 January 2024 17:01 WIB
Tim Kampanye Nasional klaim pasangan Prabowo-Gibran raup suara maksimal di Sumut
20 November 2023 15:56 WIB
PUPR Meranti berhasil dapatkan jaminan uang muka proyek JSR Rp28 miliar
31 October 2023 21:33 WIB
BPJS Kesehatan Dumai klaim realisasi pembiayaan Rp302 M setahun ini
04 October 2023 14:06 WIB
Rusia klaim Ukraina telah gunakan drone Australia untuk lakukan serangan
06 September 2023 9:53 WIB
Menlu Retno Marsudi soal peta baru China: Klaim wilayah harus sesuai UNCLOS 1982
31 August 2023 14:06 WIB
Nilai tukar rupiah melemah karena pengaruh data klaim pengangguran AS menurun
18 August 2023 11:15 WIB