Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia mengaku optimis kinerja perekonomian Provinsi Riau akan tumbuh positif pada kisaran
2-3 persen pada triwulan I-2017 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016.
"Memasuki triwulan I-2017, indikasi perbaikan perekonomian masih cukup kuat. Kinerja perekonomian Riau diperkirakan berada pada kisaran
pertumbuhan 2,0 hingga 3,0 persen year on year," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, Siti Astiyah, pada acara
"Forum dan Ekonomi Outlook Regional Provinsi Riau" di Pekanbaru, Kamis.
Prediksi pertumbuhan ekonomi Riau untuk triwulan I-2017 tidak jauh dari kinerja ekonomi Riau pada triwulan IV-2016 tumbuh 2,22 persen
(year-on-year/yoy). Meski tumbuh positif, angka tersebut mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau masih lebih rendah dibandingkan
nasional dan Sumatera, yang masing-masing tumbuh 5,02 persen dan 4,29 persen.
"Meski begitu, kita perlu menanamkan rasa optimisme bagi kalangan perbankan, pemangku kebijakan dan masyarakat guna perbaikan ekonomi,"
kata Siti Astiyah.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan berjalan diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik yang kuat.
"Terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan investasi sejalan dengan menguatnya kenaikan Upah Minimum Provinsi,
daya beli masyarakat, percepatan pengesahan APBD serta berlanjutnya pembagunan proyek infrastruktur strategis pemerintah," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan perbaikan harga komoditi andalan serta membaiknya kondisi perekonomian mitra dagang, diperkirakan juga mampu
memberikan dampak kinerja sektor perekebunan dan industri pengolahan. Adanya indikasi kenaikan harga barang pada awal tahun ini turut
mendorong peningkatan kinerja sektor peradangan.
Secara spesifik dalam kajian ekonomi BI, industri kelapa sawit memiliki peran yang besar dalam menyokong ekonomi Riau. Dengan luas
kebun sawit Riau yang mencapai lebih dari 2,42 juta hektare, kelapa sawit dan produk turunannya menopang sebesar 39,31 persen dari
perekonomian Riau, dan lebih besar ketimbang sektor pertambangan dan penggalian yang sumbangannya pada Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Riau 2016 mencapai 22,65 persen.
Ia menambahkan, dari sisi inflasi, realisasi inflasi Riau pada Januari 2017 sebesar 5,12 persen (yoy), dan lebih tinggi jika
dibandingkan posisi Desember 2016 yang sebesar 4,04 persen (yoy).
Meningkatnya tekanan inflasi pada Januari 2017 terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik, rokok kretek filter, rokok putih, dan
besin.
"Sementara meningkatnya tekanan inflasi core Januari 2017 disebabkan oleh kenaikan tarif pulsa ponsel, sewa rumah dan mobil.
Selain itu, tekanan inflasi volatile food pada awal tahun berasal dari berkurangnya pasokan komoditas ikan segar seperti ikan mujair dan
udang basah," katanya.
Berita Lainnya
Optimisme ekonomi Riau tumbuh membaik pada 2024
15 March 2024 19:20 WIB
Dishub DKI optimis kendaraan berbasis listrik dapat atasi masalah polusi udara
20 February 2024 14:45 WIB
Pengamat optimis timnas Indonesia mampu lolos fase grup Piala Asia Qatar
10 January 2024 16:22 WIB
Kemarin, harga emas naik hingga Gubernur Bank Indonesia optimis ekonomi tumbuh 6,1 persen
30 November 2023 10:40 WIB
BKKBN Riau optimis jaring 28.170 peserta KB
27 September 2023 9:59 WIB
ADKI optimis Menteri Kominfo akan perluas signal kreatifitas di desa
20 July 2023 12:12 WIB
Kanwil Kemenkumham Riau optimis raih predikat WBBM tahun 2023
19 May 2023 14:17 WIB
Hotman Paris Hutapea optimis Hakim PN Jakarta Barat tidak akan vonis mati Teddy
09 May 2023 10:18 WIB