Pekanbaru Ada "Record Store Day", Apa Lagi Itu?

id pekanbaru ada, record store, day apa, lagi itu

Pekanbaru Ada "Record Store Day", Apa Lagi Itu?

Pekanbaru (Antarariau.com) - Sebuah publikasi via media sosial mulai beredar bertuliskan "Record Store Day Pekanbaru", dengan menggambarkan tiga sosok pria seperti keluar dari corong gramofon lengkap dengan piringan hitamnya. Acara tersebut akan digelar pada Sabtu, 22 April di Semut Cooker Pekanbaru, pukul 15.00-22.00 WIB.

Banyak ragam agenda akan disajikan mulai dari talkshow, video screening, visual art showcase, hingga penampilan musik dari band lokal Pekanbaru seperti Komedi Putar dan Spring.Fall.Sea dari Thailand. Selain itu, ada booth dari indie label dan webzine seperti Demajors, Rekanada, KKK Store, Astral Musik, Vindicate, Flush, dan Chroma CD & Cassette.

"Record Store Day" (RSD) mungkin masih asing bagi masyarakat di Pekanbaru. Tidak ada salahnya kita mengintip sedikit jejak rekamnya.

RSD di Indonesia sebenarnya sudah mulai rutin digelar sejak 6 tahun lalu. Pada 2016, ada 20 kota yang menggelar acara ini secara nasional setiap bulan April. Apakah peringatan RSD asli dari Indonesia? Tentu saja bukan, karena RSD adalah sebuah perayaan yang akhirnya menjadi budaya global.

RSD pertama digelar pada 2007 di Amerika Serikat, idenya berawal dari sebuah obrolan sesama pemilik toko musik independen di Kota Baltimore. Inti RSD adalah mengumpulkan semua pemilik toko musik indie, seniman, musisi, komunitas, dan fans dalam satu waktu. Karena penyelenggaraannya konsisten setiap tahunnya, RSD menyebar bagaikan virus sehingga negara lain seperti Inggris, Irlandia, Jerman, Prancis, Belanda, Italia, Meksiko, Spanyol, Australia, Jepang, dan juga di Indonesia, ikut menggelarnya.

RSD yang kasat mata terlihat seperti sebuah acara kumpul-kumpul, ternyata juga merupakan strategi pemasaran untuk mendongrak penjualan rilisan fisik album karya musisi. Di tengah pasar penjualan album dalam bentuk fisik yang terus anjlok karena perkembangan teknologi digital, dan hampir semua toko musik akhirnya gulung tikar dan memilih menjual via online, RSD memang jadi salah satu jurus jitu untuk setidaknya mengembalikan kejayaan masa lalu untuk sesaat.

Meski begitu, tentu saja RSD akan tetap menjadi ajang silaturahmi mengasyikan untuk musisi dan fans band indie untuk bertatap muka langsung. Bahkan, di luar negeri, musisi ternama seperti Metallica dan Dave Grohl dari Foo Fighters pernah menjadi duta perayaan RSD di AS.

Dalam penyelenggaraan RSD 2016 di Jakarta, terjadi pro-kontra keikutsertaan label besar (mainstreem) Universal Music Indonesia yang ikut membuka booth di tengah label indie. Pihak yang kontra menyebut RSD Jakarta telah melenceng dari filosofi awal, sedangkan yang pro dalam hal ini panitia, merasa tidak perlu ada pembedaan dalam musik Indonesia.

Akan menjadi sesuatu yang menarik untuk melihat sejauh mana penyelenggaraan RSD di Pekanbaru. Kalau hanya mengejar target penjualan saja, bisa jadi ini RSD terakhir ketika keuntungan meleset dari harapan. Padahal, RSD merupakan potensi untuk mengairahkan industri kreatif musik di Pekanbaru, yang masih kekurangan wadah aktualisasi.