Riau Upayakan Swasembada Daging Di 2017

id riau upayakan, swasembada daging, di 2017

Riau Upayakan Swasembada Daging Di 2017

Pekanbaru (Antarariau.com) - Bergerak menuju swasembada daging diartikan Pemerintah Provinsi Riau sebagai tantangan dengan sederetan PR (catatan) besar. Bukan berarti skeptis, hanya saja Pemerintah setempat lebih melihat sisi realistisnya sebagai tolak ukur program-program yang tengah berjalan.

Begitu kurang lebih yang dipaparkan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Riau Askardya Patrianov sambil membuka coret-coretan desain kebijakan menuju swasembada daging.

"Untuk swasembada daging, kita minimal harus punya populasi dasar 500 ribu ekor, ini problem utama Riau sebab baru tercukupi sedikit hanya 245 ribu ekor," kata Patrianov.

"Itu minimal, kalau berbicara potensi populasinya hampir mencapai 1,7 juta ekor sapi, sekarang baru 245 ribu ekor dalam artian terjadi kesenjangan antara populasi dasar dengan potensi berada di range yang cukup jauh. Namun masih ada peluang untuk pengembangan disinilah program kita berjalan," sambungnya menjelaskan rinci.

Menurutnya, untuk mewujudkan swasembada daging Indonesia, Pemprov Riau, Pemerintah Pusat serta pihak swasta harus bergandengan tangan, seiring sejalan ataupun seiya sekata mendukung program-program berkapasitas nasional maupun skala provinsi dengan menggiatkan peternak lokal untuk lebih produktif sehingga pasokan daging dapat mandiri.

Program upaya khusus sapi induk wajib bunting yang menjadi program strategis nasional, cukup mujarab dalam menambah populasi sapi yang ada di Riau. Pada 2017, kata dia, Pemerintah pusat memberikan tugas dengan target pengelolaan 56.208 sapi betina siap bunting.

"Program Selanjutnya dari Pemda yang memprioritas bantuan sapi potong setiap tahunnya berkisar 3.000 ekor kepada peternak sapi lokal dan ini cukup membantu," ujarnya.

"Kemudian bantuan sapi Australia tahun lalu berjumlah 150 ekor sapi, ada juga Kredit usaha rakyat yang sedang kita sosialisasi kepada peternak," jelasnya.

Meski telah didukung, kata Patrianov, pasokan daging sapi masih sangat bergantung pada kawasan lain yakni Provinsi Sumatra Utara dan Lampung dengan suplai 70 persen, sehingga memicu lonjakan harga ketika momentum hari besar.

Patrianov menawarkan opsi untuk mempercepat swasembada daging dengan andil investor besar, namun lagi-lagi persoalan keterbatasan lahan menjadi benteng penghalang, kendati demikian pihaknya sudah punya alternatif yakni dengan integrasi sawit-sapi yang merupakan program integrasi dan pertanian peternakan merupakan solusi untuk mengatasi rendahnya produksi ternak Indonesia akibat menurunnya ketersediaan hijauan konvensional.