Ini Alasan Rendahnya Minat Warga Untuk Melanjutkan Pendidikan Universitas

id ini alasan, rendahnya minat, warga untuk, melanjutkan pendidikan universitas

Ini Alasan Rendahnya Minat Warga Untuk Melanjutkan Pendidikan Universitas

Pekanbaru (Antarariau.com)- Kopertis Wilayah X mendata warga usia 19-24 tahun mencapai 21 juta orang dan baru 30 persen atau sekitar 6,3 juta orang di antaranya yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau ke universitas.

"Rendahnya minat warga melanjutkan pendidikan tinggi terkendala aksesbilitas, kemampuan keuangan dan banyak faktor penyebab lainnya padahal mereka membutuhkan pendidikan di univeristas untuk lebih meningkatkan kesejahteraannya," kata Koordinator Kopertis Wilayah X, Prof Heri,SE.MBA di Pekanbaru, Sabtu.

Menurut dia di sela wisuda XII program sarjana dan Diploma III, sebanyak 213 orang, tingginya pencapaian pemuda yang bisa melanjutkan pendidikan ke universitas sekaligus menunjukan tingkat kesejahteraan suatu bangsa.

Ia mengatakan Malaysia tercatat sudah 60-70 persen penduduk usia 19-24 tahun yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sedangkan Korea sudah 80-90 persen.

"Oleh karena itu diharapkan 1 persen saja setiap tahun agar generasi muda Indonesia bisa mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Untuk hitungan satu persen saja dari 21 juta sama artinya 210 orang yang harus diupayakan agar mereka mendapatkan kesempatan kuliah setiap tahun," katanya.

Kebijakan ini penting, sebab kesejahteraan bangsa juga tergantung pada tingginya besaarnya jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan tinggi, seperti Korea dengan income perkapita mencapai 4000 dolar AS/tahun lebih maju ekonominya dibandingkan dengan Malaysia yang hanya belasan dolar AS saja karena sudah banyak penduduknya menjadi sarjana.

Ia memandang bahwa persoalan ini menjadi tantangan bagi pendidikan di Tanah Air dan diperlukan evaluasi agar sarjana Indonesia bisa bersaing di pasar global, sehingga pendidikan vokasi perlu terus dikembangkan untuk melahirkan tenaga-tenaga trampil dan siap pakai.

"Pendidikan vokasi meningkatkan daya saing bangsa sehingga diperlukan perhatian khusus dengan terus menggencarkan sosialiasi ,lokakarya dan tata kelola pendidkkan vokasi secara berkelanjutan, selian itu erguruan tinggi swasta dibuuthkan untuk mengembangkan pendidikan vokasi seperti UMRI," katanya.

Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) DR. Mubarrak mengatakan pendidikan vokasi sudah diusulkan untuk dikembangkan dalam tahun ini untuk tingkat SMK yakni dijurusan elektro dan mesin.

Sedangkan di UMRI, katanya, dikembangkan kecerdasan buatan yang berbasis infomasi dan takhnologi (IT) untuk semua jurusan. Penggunaan kecerdasan buatan yang kemudian disandingkan dengan teknologi robotik yang berkembang cepat saat ini, akan berpengaruh terhadap pengurangan sejumlah tenaga kerja dan mengancam sejumlah profesi.

"Hal ini disebabkan sebagian pekerjaan manusia sudah dapat digantikan oleh mesin khususnya untuk pekerjaan yang bersifat otomatisasi. Fenomena kecerdasan buatan merupakan suatu lompatan teknologi, dan harus direspon dan dikelola dengan tepat. Invasi produk ini juga menuntut adaptasi pada semua tingkatan, masyarakat, bisnis, pemerintah dan perguruan tinggi,"katanya.

Ia menjelaskan efek kecerdasan buatan akan semakin terasa pada kehidupan sehari-hari, di masyarakat, lingkungan, iklim usaha, sistem dan struktur perekonomian. Oleh karena itu, UMRI harus segera berbuat sehingga dapat menciptakan lulusan yang dapat berperan dalam mengatasi ancaman perubahan lingkungan dan tantangan global dari lompatan teknologi tersebut.