Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia memprediksi tingkat
inflasi pada bulan Juni masih dalam batas toleransi, karena dampak
Ramadan dan Idul Fitri 1438 Hijriah terhadap kenaikan harga bahan
pangan relatif terkendali.
"Inflasi masih terkendali dibandingkan tahun lalu," kata Kepala
Bank Indonesia Provinsi Riau, Siti Astiyah dalam pernyataan pers yang
diterima Antara di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan lonjakan harga bahan pangan yang biasa terjadi
jelang Lebaran di Provinsi Riau masih bisa ditekan, dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari upaya pemerintah pusat dan daerah
serta sejumlah BUMN seperti Bulog yang melakukan intervensi dengan
pasar murah seperti untuk komiditas minyak goreng, bawang putih,
bawang merah dan beras.
Meski begitu, kenaikan tarif listrik dan transportasi jelang
Lebaran tidak bisa dipungkiri akan tetap mempengaruhi tingkat inflasi
pada bulan Juni.
Sementara itu, dalam kajian ekonomi regionalnya BI Riau
memprediksi tekanan inflasi pada triwulan II-2017 akan meningkat
dengan tendensi bias ke atas dari sasaran inflasi nasional.
Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari
permintaan masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Selain itu, dampak lanjutan reformasi subsidi energi diperkirakan
masih akan terus berlanjut pascadicabutnya subsisi listrik tahap III
per 1 Mei 2017.
Disisi lain, tekanan inflasi inti juga diperkirakan sedikit
meningkat akibat sejalan dengan berlanjutnya realisasi belanja
pemerintah pada triwulan berjalan sehingga menekan harga dari sisi
permintaan.
"Secara spasial, inflasi tertinggi berasal dari Pekanbaru, diikuti
oleh Dumai dan Tembilahan," ujarnya.
Bi menyatakan, perkembangan inflasi Riau secara triwulanan
tercatat sebesar 1,41 persen (qtq), mengalami penurunan dibandingkan
realisasi inflasi triwulanan di triwulan IV-2016 yang sebesar 2,01
persen (qtq).
Namun demikian, realisasi inflasi Riau pada triwulan I-2017
tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya
dalam kurun lima tahun terakhir yang sebesar 0,63 persen (qtq).
Adapun, beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi triwulan
II-2017 melewati batas atas kisaran proyeksi antara lain penyesuaian
tarif listrik secara bertahap, kenaikan permintaan bahan makanan
jelang Ramadan dan Idul Fitri, perbaikan harga komoditas dan upah
minimum regional yang meningkatkan daya beli, potensi penyesuaian BBM
dan terbatasnya BBM premium, kenaikan cukai rokok 10,54-13 persen per
tahun, dan kenaikan biaya operasional pelaku usaha.
Sedangkan beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi melewati
batas bawah kisaran proyeksi antara lain menguatnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS sehingga menekan inflasi dari impor, program
peningkatan populasi sapi, terjaganya ekspetasi inflasi masyarakat,
kelanjutan realisasi infrastruktur pangan dan distribusi, program
ketahanan pangan pemerintah pusat dengan mendorong perluasan lahan
pertanian, kebijakan impor pangan, dan monitoring harga yang semakin
intensif.
Berita Lainnya
Nilai tukar rupiah melemah jadi Rp15.962 di tengah kenaikan inflasi domestik
02 April 2024 13:28 WIB
Inflasi Jakarta capai 0,37 persen pada Maret 2024 dipicu oleh kenaikan harga beras
02 April 2024 12:20 WIB
Nilai tukar rupiah turun di tengah pasar menunggu rilis inflasi domestik
01 April 2024 10:47 WIB
Nilai tukar rupiah merosot di tengah pasar tunggu rilis inflasi Indonesia
29 February 2024 16:25 WIB
BI Papua sebut langkah pengendalian inflasi harus jadi prioritas pemda
24 February 2024 10:42 WIB
Harga emas naik karena data inflasi Amerika Serikat lebih tinggi dari perkiraan
17 February 2024 12:00 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto nilai inflasi stabil dan PMI masih ekspansif
03 February 2024 10:03 WIB
BPS: Ekonomi Indonesia alami inflasi 0,04 persen pada Januari 2024
01 February 2024 12:10 WIB