Rusak Parah, Tangsi Belanda Di Siak Perlu Direstorasi

id rusak parah, tangsi belanda, di siak, perlu direstorasi

Rusak Parah, Tangsi Belanda Di Siak Perlu Direstorasi

Siak (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Siak, Provinsi Riau, mengusulkan pada Tim Ahli Cagar Budaya Nasional agar tangsi peninggalan Belanda, yang berlokasi di Desa Benteng Hulu Kecamatan Mempura, untuk direstorasi.

"Tim Ahli Cagar Budaya Nasional telah datang mengsurvei beberapa situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Siak pada 12-14 Juli yang lalu. Dan survei ini hanya dilakukan pada tiga daerah di Indonesia, masing-masing Kabupaten Siak, Kota Malang, dan Kabupaten Surakarta," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tarukim Siak, Irving Kahar kepada Antara, di Siak, Selasa.

Dia menyebutkan, dari 13 total cagar budaya Kabupaten Siak yang berstatuskan nasional ada beberapa yang mereka survei langsung. Diantaranya, Landraad, Tangsi Belanda, Kuburan Tua, Istana Siak, Sekolah SMP pada zaman Belanda, Gudang Museu, dan Balai Kerapatan Adat.

"Dari hasil survei mereka akan sesuaikan mana yang akan mereka restorasi, dari pemerintah kabupaten Siak sendiri mengusulkan tangsi belanda karena kondisi fisik bangunan tersebut sudah banyak yang rusak parah dan harus segera direstorasi," katanya lagi.

Bangunan Tangsi Belanda ini dahulunya berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pertahanan bagi para tentara Belanda, tepatnya berada di Desa Benteng Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak.

"Survei ini adalah awal penjaringan lokasi perencanaan teknis bangunan gedung cagar budaya yang dilakukan TACBN yang datang bersamaan dengan pihak kementerian PU. Mereka yang akan menilai apakah bangunan ini akan dilakukan restorasi atau rehabilitasi ataupun konsolidasi," ungkap Irving

Berdasarkan SK Kemenbudpar nomor KM.13/PW.007/MKP/2004, sebanyak sembilan bangunan cagar budaya Kabupaten Siak masuk skala nasional. Selain itu juga SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.87/PW.007/MKP/2011, empat situs cagar budaya lainnya juga berstatuskan nasional.

Tindak lanjut dari survey awal ini, kata Irving, akan dilakukan penilaian untuk memilih hanya satu bangunan gedung cagar budaya di salah satu kabupaten/kota untuk selanjutnya disusun dokumen perencanaan teknisnya di tahun 2017 ini.

"Jika nantinya Tangsi Belanda terpilih untuk direstorasi, kedepan kita akan manfaatkan untuk wisata sejarah dengan dibukanya museum perjuangan dan juga perpustakaan. Intinya ada keramaian, dan memberi efek ekonomi bagi masyarakat," paparnya lagi.

Dalam keterangan atau historis bangunan yang pernah dipamerkan pihak BPCB dalam kegiatan Sinergitas Budaya beberapa pekan lalu menerangkan, riwayat pembangunan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi jelas sezaman dengan masuknya pengaruh Belanda (hegmoni) di Kesultanan Siak, yakni pada abad ke 19.

Secara umum bangunan benteng Ini sudah rusak parah tetapi bentuk aslinya masih terlihat. Bekas pertahanan Belanda ini terdiri dari empat bangunan yang membentuk formasi melingkar sehingga terdapat halaman di dalamnya.

Bangunan pertama berada di sebelah timur yakni berupa bangunan dua lantai berukuran panjang 18 meter (m) dan lebar 9,6 m. Lantai bawah terdiri terdiri dari sayap utara yang berfungsi sebagai ruang jaga kantor dan ruang tahanan. Sementara sayap selatan terdiri dari empat ruangan yang dahulunya untuk kamar mayat dan rumah sakit.

Sedangkan dua bangunan di belakang merupakan bangunan yang sama yakni dipergunakan sebagai kantor untuk lantai atas dan asrama dan tempat tinggal untuk lantai bawah. Sebelah Utara bangunan utama, dahulunya untuk gudang senjata, pada ujung barat halaman dalam terdapat sisa bangunan WC dan kamar mandi.