Mari Bersinergi Membuat Ruang yang Nyaman Untuk Anak

id mari bersinergi membuat ruang yang nyaman untuk anak

Mari Bersinergi Membuat Ruang yang Nyaman Untuk Anak

Pekanbaru (Antarariau.com) - Anak sebagai tunas bangsa dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi.

Lalu, sudahkan Pemerintah Provinsi Riau dan pihak terkait lainnya memberikan perlindungan dan dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi terhadap anak?

Terlebih, justru Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau menjadi tuan rumah pelaksanaan puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2017 yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan 3.000 anak yang mewakili kabupaten dan kota dari 34 provinsi di Indonesia.

Pada peringatan HAN 2017, Perwakilan Forum Anak Nasional (FAN) menyampaikan 10 permintaan di hadapan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.

Sedangkan tema HAN 2017 di Riau yakni "Saya Anak Indonesia Saya Gembira". Pesan yang ingin disampaikan adalah perlindungan terhadap anak harus dimulai dari lingkungan keluarga.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise pada Minggu (23/7) di Pekanbaru mengatakan dipilihnya Riau sebagai tuan rumah pelaksanaan HAN 2017 karena kasus kekerasan pada anak cukup tinggi nomor dua di Indonesia.

Ia menambahkan bahwa pernikahan usia anak cukup tinggi, sedangkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan seksual juga tinggi.

"Jadi Riau harus mendapat perhatian khusus. Tidak hanya Riau, tapi semua kabupaten kota di Indonesia semua harus bekerja keras menurunkan tindak kekerasan," katanya.

Menurut Yohana tingginya angka kekerasan di Riau setiap tahunnya tertuang dari data yang diperoleh pada kekerasan fisik terhadap anak. Pada tahun 2015 hanya 1 kasus, namun 2016 meningkat jadi 4 kasus. Bahkan hingga Maret 2017 sudah ada 2 kasus.

Mirisnya, kasus kejahatan seksual terhadap anak, dari 32 kasus tahun 2015, meningkat menjadi 37 kasus di tahun 2016 dan hingga Maret 2017 sudah mencapai angka 11 kasus.

"Bukan hanya di Riau, juga terjadi di wilayah lain di Sumatera hingga ke desa-desa sehingga kami harus bekerja keras agar angka kekerasan terhadap perempuan dan anak menurun," katanya.

Sementara itu, Helda Kasmi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pekanbaru Helda Kasmi membenarkan tingginya tingkat kekerasan terhadap anak di Provinsi Riau, khususnya di Pekanbaru.

Pada tahun 2017 kasus kekerasan terhadap anak di Riau sudah mencapai 107 kasus, dan kasus yang masuk ke P2TP2A Pekanbaru hingga kini sudah mencapai 50 kasus.

"Sebenarnya tindak kekerasan terhadap anak jumlahnya jauh lebih tinggi namun banyak masyarakat yang enggan melaporkannya ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Atau ada kasus kekerasan tersebut selesai di tingkat masyarakat itu sendiri sehingga tidak dilaporkan," ujarnya.

Sulap Presiden

Presiden Joko Widodo saat menghadiri HAN 2017 di Pekanbaru menunjukkan beragam atraksi sulap yang memukau ribuan anak-anak.

Pertunjukan sulap dari orang nomor satu di Indonesia itu, sontak sukses mencairkan suasana dan mengundang gelak tawa bergemuruh di Gedung Daerah Riau.

"Saya ada atraksi sulap dan belajar berhari-hari untuk mempertunjukkannya kepada anak-anak sekalian, siap-siap yah?," ujar Presiden.

Presiden begitu lihai mempertontonkan satu per satu trik sulap sederhana namun mampu "mencuri" perhatian ribuan mata tamu yang hadir.

Dalam kesempatan itu presiden ikut menyelipkan pesan tentang perilaku perundungan (bullying) di kalangan perlajar yang marak terjadi akhir-akhir ini.

"Tugasnya anak-anak harus belajar yang keras, tidak boleh ada yang membully, mencela, dan mencemooh. Harus saling menghargai, bantu menolong, kalau ada teman sakit ditengok, pas nengok jangan lupa bawa roti," ujar Presiden didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi.

Kemudian, sudah menjadi ciri khas bagi Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan untuk membagikan sepeda.

Aksi kuis bagi-bagi sepeda dimulai dari pertanyaan yang dilontarkan presiden kepada seorang anak dengan berani maju ke depan, yakni Rafi Fadila dari SD N 36 Pekanbaru yang bercita-cita menjadi "YouTuber" kaya.

Mendengar tingkah lucu dan polos anak-anak tersebut, kepala negara tampak bersemangat melontarkan pertanyaan.

"Boleh, termasuk menjadi petani yang sukses, dokter yang baik, dan termasuk YouTuber, dengan giat belajar," ujar presiden.

Tidak hanya Rafi, sejumlah pelajar lainnya juga berkesempatan mengikuti kuis dari presiden, mulai dari pernyataan tentang nama-nama provinsi hingga pertanyaan terkait alat-alat pernafasan pada hewan.

"Saya bangga anak-anak mukanya cerah tentu menggambarkan memiliki optimisme. Ada yang bisik-bisik, pak minta 'selfie', berani sekali kan?," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, selain Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, juga hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, tampak pula istri Wakil Presiden, Mufida Kalla serta rombongan.

Kota Layak Anak

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise memberikan anugerah Kota Layak Anak (KLA) 2017 kepada 126 Kabupaten/Kota se-Indonesia, lima di antaranya merupakan kabupaten/kota yang berada di Provinsi Riau.

"Tentu peran provinsi sangat besar atas keberhasilan Kabupaten/Kota bisa menerima anugerah ini," katanya.

Yohana mengapresiasi Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinobatkan sebagai Kabupaten/Kota Layak Anak pada 2017 dan menyatakan bahwa anugerah itu diberikan dalam rangka memperingati HAN 2017 yang berpusat di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Ia menegaskan keberhasilan kabupaten dan kota tidak terlepas dari peran sentral pemerintah provinsi untuk mendorong daerah menjadi kawasan ramah anak.

Untuk Provinsi Riau sendiri, ada tiga kabupaten dan dua kota yang berhasil menerima penghargaan bergengsi itu yakni Kabupaten Bengkalis, Siak, Indragiri Hulu, Kota Pekanbaru dan Dumai.

Sementara Provinsi Riau sendiri berhasil menyabet penghargaan sebagai provinsi terbaik dalam Pengembangan Forum Anak.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, menjelaskan berbagai upaya Pemprov Riau menjadikan suatu kabupaten/kota menjadi layak anak. Misalnya, dengan menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk tempat bermain anak-anak.

Sebelumnya sudah diresmikan dua RTH di Kota Pekanbaru, yakni RTH Putri Kaca Mayang dan RTH Tunjuk Ajar Integritas.

Selain membuat kabupaten dan kota semakin asri, RTH telah menjadi sarana bermain yang mengasikkan bagi anak-anak.

"Menyediakan RTH adalah salah satu upaya kita agar Kabupaten/Kota menjadi layak anak," kata Arsyadjuliandi Rachman.

Selain itu, Pemprov Riau juga secara intensif menggelar berbagai lokakarya di bidang seni dan budaya untuk menanamkan nilai-nilai bagi generasi muda, terutama anak-anak melalui organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

Menteri Yohana juga mengatakan, untuk mencapai KLA banyak indikator yang harus dipenuhi oleh kepala daerah. Bahkan, indikator dan tahapan yang harus dilewati tergolong berat seperti memenuhi hak sipil anak yakni akta kelahiran, tidak boleh ada anak jalanan, tidak boleh ada pornografi, dan rokok.

"Keberadaan KLA diperlukan sebagai bentuk investasi untuk membangun generasi penerus bangsa agar mereka lebih

sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, cinta Tanah Air serta terlindungi dari berbagai bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan," kata Kepala Bidang Lembaga Profesi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Rizkiyono.

Pendewasaan Perkawinan

Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Riau menggiatkan sosialisasi kepada 1,7 juta

remaja di daerah itu tentang pendewasaan usia perkawinan guna mencegah terjadinya perkawinan usia dini.

"Fenomena perkawinan anak di bawah umur terjadi karena belum pahamnya remaja tentang beban berumah tangga di samping keluarga juga tidak maksimal dalam memberikan arahan kepada anak," kata Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Riau Yenrizal.

Menurut dia, sesuai dengan tema HAN 2017, perlindungan anak penting dimulai dari dalam keluarga karena keluarga menjadi lokasi terdekat yang mempengaruhi anak untuk bertingkah laku, bersikap dan bertata krama.

"Namun demikian penting bagi kita semua memahami kembali bahwa anak merupakan aset yang tidak ternilai harganya sehingga harus dijaga dan dibina oleh ibu dan ayah sesuai dengan norma-norma kehidupan berkeluarga," katanya.

Sebelum memiliki anak, katanya, ibu dan ayah harus mempunyai rencana kapan terbaik untuk hamil dan melahirkan. Selain itu, keluarga harus mempunyai persiapan fisik, mental, ekonomi sehingga bayi yang dilahirkan menjadi SDM yang berkualitas.

Untuk memperoleh SDM yang berkualitas, katanya, maka dianjurkan ibu-ibu tidak hamil terlalu muda, tidak melahirkan di bawah usia 21 tahun atau tidak hamil terlalu tua, sebaiknya melahirkan di bawah usia 35 tahun. Tidak terlalu rapat atau terlalu sering melahirkan sehingga rencana-rencana itu harus dibuat secara matang oleh keluarga.

"Sesuai fungsi keluarga maka ayah dan ibu perlu memberikan perlindungan dan kasih sayang serta memahami tumbuh kembang anak. Berikan anak nilai-nilai positif sejak bayi serta keteladanan, melaksanakan agama dengan baik, mendidik akhlak dan budi pekerti yang baik agar kelak dia bisa menjadi SDM yang berkulitas," katanya.