Pekanbaru (Antarariau.com) - Akademisi Universitas Riau, Dr Suwondo menilai pengelolaan lahan gambut dengan teknologi yang tepat dapat menjadi salah satu "lokomotif" penggerak ekonomi di Riau.
"Ekosistem gambut itu punya kerentanan. Perlu input teknologi yang besar. Tapi perkenalan teknologi dan pengalaman, gambut juga bisa dimanfaatkan," kata Dr Suwondo dalam paparannya di seminar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Pekanbaru, Kamis.
Dengan luas lahan gambut mencapai 4,6 juta hektare, atau sekitar 56 persen total luas wilayah Provinsi Riau, ia menuturkan gambut merupakan potensi untuk dikembangkan dengan komoditas menghasilkan.
Ia mengatakan masyarakat lokal jauh sebelum Indonesia merdeka telah hidup berdampingan di lahan gambut. Masyarakat setempat berhasil mengaplikasikan budidaya pertanian dan perkebunan di lahan gambut sebagai sumber kehidupan secara berkelanjutan.
Hal ini yang kemudian harus digali pemerintah untuk dipelajari lebih lanjut. Bagaimana menciptakan keseimbangan, yang kemudian harus dijadikan pelajaran. Untuk kemudian dapat dijadikan sebagai penggerak ekonomi.
Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Riau itu juga mengatakan bahwa selama ini yang menjadi masalah adalah lemahnya tata kelola hutan dan lahan gambut.
"Pemerintah bukan tidak melakukan pengelolaan. Hanya saja masih perlu diperbaiki," ujarnya.
Ia mencontohkan, antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat memiliki pemetaan yang berbeda dalam tata kelola hutan. Makanya, ke depan, harus ada kebijakan "one map" atau satu peta yang sama dan tidak ada lagi perbedaan yang merugikan.
Ia menuturkan total lahan gambut yang begitu luas di Riau selama ini juga terbukti sebagai roda penggerak ekonomi Riau, dengan sektor perkebunan seperti sawit dan HTI yang berdiri diatasnya. Meskipun, dia mengakui isu kerusakan gambut yang berakibat pada kebakaran merupakan isu global dan terdapat sejumlah aspek yang perlu diperbaiki.
"Harus diakui, ada persoalan lingkungan. Tapi bukan berarti harus ditutup. Ini juga harus dilakukan pemerintah dengan berikan respon yang baik," jelasnya.
Melengkapi Suwondo, Dr Kartini Sjahrir dari Yayasan Dr Sjahrir menuturkan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan lahan gambut yang tepat, dipandang sebagai solusi pertumbuhan ekonomi.
"Jadi upaya pertumbuhan ekonomi, dan upaya pelestarian lingkungan itu harus bisa saling mendukung," kata Dr Kartini.
Dia memberikan contoh, pemanfaatan tanaman sagu atau sawit yang dikombinasikan dengan sistem tumpang sari bersama nenas, bisa menjadi lebih optimal.
"Kata kunci untuk menjembatani itu adalah inovasi dan teknologi," ujarnya.
Kegiatan Seminar tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim, Sekretaris Daerah Riau, Ahmad Hijazi, Guru Besar Universitas Indonesia Professor Jatna Supriatna.
Berita Lainnya
18 Desa Di Riau Dapat Pendampingan Memulihan Lahan Gambut
12 September 2018 15:35 WIB
Legislator: Regulasi Gambut Dapat Timbulkan Kegaduhan Di Riau
02 June 2017 22:00 WIB
Indonesia Dapat Tawarkan 20,1 Juta Hektare Gambut
04 October 2010 20:55 WIB
Riau Berpeluang Menjadi Lokomotif Perekonomian Indonesia
10 August 2015 16:11 WIB
Wamenkeu pastikan kondisi fundamental ekonomi RI kuat untuk tahan pelemahan rupiah
19 April 2024 10:55 WIB
Kurs rupiah melemah dipengaruhi indikator ekonomi AS yang kokoh
19 April 2024 10:29 WIB
Lebaran jadi tuas pendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
15 April 2024 15:20 WIB
Pakar: Ekonomi Indonesia tak terdampak signifikan oleh konflik Iran-Israel
15 April 2024 14:14 WIB