Shamlapur, Bangladesh/Dhaka (Antarariau.com) - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mendapat tekanan lagi untuk menghentikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya yang mengakibatkan hampir 125.000 dari mereka menyelamatkan diri ke Bangladesh dalam 10 hari terakhir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan risiko pembersihan etnis dan destabilisasi regional. Dia mendesak Dewan Keamanan PBB menekan agar Myanmar menahan diri dan tenang dalam sepucuk surat yang menyatakan keprihatinannya bahwa kekerasan bisa menjadi "bencana kemanusiaan."
Wartawan Reuters melihat ratusan lagi orang Rohingya yang kelelahan tiba dengan menumpang perahu-perahu dekat Shamlapur, desa perbatasan Bangladesh pada Selasa. Orang-orang Rohingya masih mengungsi dalam jumlah besar.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan bantuan kemanusiaan diperlukan, dan bahwa pihaknya dan lembaga-lembaga mitranya memerlukan dana segera sekitar 18 juta dolar AS untuk tiga bulan ke depan menyediakan layanan-layanan pokok bagi para pengungsi yang baru datang.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina di Dhaka bahwa Jakarta siap membantu Bangladesh mengatasi krisis ini.
"Krisis kemanusiaan ini harus dihentikan. Saya ingin mengulangi, krisis kemanusiaan ini harus dihentikan," kata Retno kepada wartawan di Dhaka, sehari setelah mengadakan pembicaraan di ibu kota Myanmar itu.
Kekerasan paling akhir di Rakhine, negara bagian di baratlaut Myanmar mulai terjadi pada 25 Agustus ketika para pejuang Rohingya menyerang sejumlah pos polisi dan pangkalan tentara. Militer dan polisi melakukan aksi balasan yang menyebabkan sedikitnya 400 orang meninggal dan memicu eksodus dari desa-desa ke Bangladesh.
Para pejabat Myanmar menyalahkan militan Rohingya yang membakar rumah-rumah dan kematian warga sipil, tetapi para pemantau hak asasi manusia dan pelarian warga Rohingya ke Bangladesh mengatakan tentara Myanmar berusaha mengusir mereka dengan melakukan pembakaran dan pembunuhan.
Ketika ditanya apakah kekerasan itu bisa dilukiskan sebagai aksi sama dengan pembersihan etnis, Gueterres berkata, "Kita menghadapi risiko. Saya berharap hal itu jangan sampai terjadi."
"Saya serukan kepada semua, semua pihak berwenang di Myanmar, otoritas sipil dan militer untuk menghentikan kekerasan ini yang menurut pandangan saya menimbulkan situasi yang dapat membuat situasi kawasan tidak stabil." kata dia seperti dikutip Reuters.
Perlakuan Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha terhadap 1,1 juta warga Rohingya adalah tantangan paling besar yang dihadapi Suu Kyi. Ia dituduh tidak bersuara terhadap kaum minoritas itu yang telah lama mengeluhkan persekusi terhadap mereka.
Berita Lainnya
Pengadilan Myanmar tambah hukuman Aung San Suu Kyi dengan 7 tahun penjara
30 December 2022 15:51 WIB
Aung San Suu Kyi diganjar hukuman 4 tahun penjara
10 January 2022 15:32 WIB
Pengadilan Myanmar tangguhkan putusan pertama dalam sidang Aung San Suu Kyi
01 December 2021 11:20 WIB
Aung San Suu Kyi ditahan militer, negara lain serukan upaya pembebasan
01 February 2021 12:23 WIB
Suu Kyi bersumpah untuk menangi pemilu Myanmar pada November
08 September 2020 14:59 WIB
Aung San Suu Kyi dijadwalkan pimpin pembelaan soal pemusnahan suku di ICC
11 December 2019 12:29 WIB
Aung San Suu Kyi Sebut Pemerintahannya Melindungi Penduduk Rakhine
08 September 2017 11:25 WIB
Penyelidikan PBB Untuk Warga Rohingya Ditolak Aung San Suu Kyi
03 May 2017 11:40 WIB