Petani Masih Enggan Remajakan Kebun Kelapa Sawit

id petani masih, enggan remajakan, kebun kelapa sawit

Pekanbaru, 17/5 (ANTARA) - Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Achmad Mangga Barani, mengatakan, banyak petani masih enggan melakukan peremajaan atau penanaman kembali (replanting) tanaman kelapa sawit yang sudah mengalami masa penurunan produksi akibat berumur lebih dari 20 tahun.

"Banyak masalah dalam program replanting seperti mekanisme peremajaan hingga pembiayaan," kata Mangga Barani pada Seminar Nasional Kelapa Sawit di Pekanbaru, Senin.

Ia mengatakan, program peremajaan mutlak dilakukan karena sawit memiliki masa produktif sekitar 25 tahun. Menurut dia, ada sekitar 250 ribu hektar kebun sawit di seluruh Indonesia, yang secara teknis perlu diremajakan, dari total 800 ribu hektar sawit rakyat. Sebabnya, kebun dengan luasan tersebut telah ditanam sejak tahun 1980-an melalui pola perkebunan inti rakyat (PIR).

Namun, kenyataannya banyak petani enggan melakukan replanting karena takut kehilangan mata pencaharian selama proses peremajaan berlasung sekitar empat tahun. Ketakutan tersebut, lanjutnya, terutama akan dirasakan oleh petani kecil yang hanya memiliki lahan sekitar dua hektar.

"Hingga kini, mekanisme replanting terbaik adalah dengan tebang habis. Sehingga petani takut kehilangan mata pencaharian selama empat tahun akibat peremajaan, apalagi kini harga sawit cukup tinggi," katanya.

Menurut dia, pemerintah telah melakukan berbagai solusi mekanisme replanting sehingga petani tak perlu melakukan penebangan habis, yakni dengan melakukan sisip tanam atau (underpalnting). Namun, lanjutnya, cara tersebut membuat tanaman baru kurang produktif dibandingkan tanaman sebelumnya karena minimnya pasokan cahaya bagi tunas muda.

"Solusi lainnya adalah dengan memberikan insentif bagi petani, yakni penamanan tanaman semusim seperti jagung dan kacang kedelai sehingga petani tidak kehilangan mata pencaharian selama proses peremajaan sawit," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah juga terus mensosialisakan agar petani dapat menggunakan program revitalisasi perkebunan yang memberi subsidi bunga untuk peremajaan sawit. Program tersebut ditujukan untuk tiga komoditas, yakni kelapa sawit, karet dan kakao, dengan jumlah total dana sekitar Rp37 triliun.

"Khusus untuk replanting sawit diberi subsidi bungga khusus sehingga petani cukup membayar cicilan tujuh persen dari bunga pinjaman," ujarnya.

Menurut dia, kredit revitalisasli pertanian yang disalurkan untuk revitalisasi perkebunan untuk replanting komoditas kelapa sawit rakyat sudah mencapai Rp7 triliun dengan luasan mencapai 125 ribu hektar.

Pemerintah menargetkan seluas 250 ribu hektar perkebunan sawit bisa diremajakan hingga tahun 2013.