Pengrusakan Hutan Ancam Kepunahan Harimau Sumatera

id pengrusakan hutan, ancam kepunahan, harimau sumatera

Dumai, 23/5 (ANTARA) - Kerusakan hutan dengan cara melakukan bembalakan liar sangat mengancam keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae-Red) di Profinsi Riau, kata Humas WWF Riau, Syamsidar yang dihubungi ANTARA dari Dumai, Minggu.

Menurutnya, harimau sumatera membutuhkan tempat - tempat yang dapat melindunginya dari mata manusia yang jahil menggencarkan aksi berburuan.

"Jika pembalakan liar atau pengrusakan hutan dengan cara apapun dapat membuat harimau yang berada di sekitarnya terusik dan memilih untuk mengungsi ke tempat - tempat yang jauh dari lokasi pengrusakan tersebut. Jika hal itu terus berkelanjutan, tidak ada pilihan harimau terpaksa menyerang dan manusia yang merasa terusik akan melakukan perburuan dan melakukan pembunuhan yang menyebabkan harimau terus berkurang jumlahnya," tuturnya.

Dikatakan, harimau sumatera yang merupakan satwa endemik Indonesia populasinya saat ini tersebar dalam populasi-populasi kecil di dalam dan di luar kawasan konservasi di Sumatera.

"Diperkirakan populasi yang tersisa di habitat alaminya hanya 300 - 400 ekor yang tersebar disejumlah hutan sumatera. Jumlahnya akan terus berkurang apabila kerusakan hutan sumatera terus berlanjut," ungkap.

Diterangkan, harimau sumatra adalah harimau terakhir Indonesia setelah harimau Bali pada dekade 40-an dan harimau Jawa pada dekade 80-an yang dinyatakan punah. Kepedulian terhadap masa depan 'penguasa rimba' di habitat alaminya mendorong WWF Indonesia terus melakukan upaya terpadu untuk melindungi harimau Sumatera.

"Jika ditanya mengapa harimau sumatera dilindungi, jawabannya adalah karena selain keberadaannya yang langkah, harimau sumatera sebagai pemangsa puncak dalam rantai makanan memiliki peranan penting menjaga keseimbangan ekosistem," papar Syamsidar.

Ia menjelaskan, Satwa ini membutuhkan habitat yang khas sebagai pelidung dan populasi hidupnya. Hunian khas tersebut yakni adanya tutupan hutan yang luas untuk tempat berteduh, beristirahat, berlindung dari terik matahari dan hujan, ketersediaan air yang memadai untuk minum, mandi dan berenang serta ketersediaan mangsa hewan yang merupakan makanannya yang cukup.

"Sebagai penjaga keseimbangan ekosistem hutan, ia berperan melindungi kelestarian dan menyelamatkan kehidupan hewan liar lainnya yang pada akhirnya mengarah terhadap kesejahteraan manusia," ringkasnya.

Untuk itu, Syamsidar mengharapkan agar pengrusakan hutan yang dapat mengganggu ketentramannya dapat dihentikan, pengalihfunsian hutan menjadi lahan perkebunan yang dapat mempersempit huniannya dapat dikurangi, serta terhadap pelaku perburuan 'si belang' sebaiknya agar dihukum berat guna efek jerah para pelaku dini yang berniat juga melakukan perburuan demi kepentingan pribadi dan kelompok.