Juanda "Menyambut" Letusan Gunung Agung

id juanda menyambut letusan gunung agung

 Juanda "Menyambut" Letusan Gunung Agung

Sidoarjo, (Antarariau.com) - Sudah beberapa pekan ini status Gunung Agung Bali masih awas. Itu artinya, potensi letusan di gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih berpotensi terjadi.

Begitu juga dengan kondisi di Bandara Internasiona Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur. Sejak ditetapkan dari status awas sampai dengan saat ini sudah dilakukan berbagai macam persiapan untuk "menyambut" letusan Gunung Agung, Bali.

Hal itu karena Bandara Internasional Juanda merupakan salah satu bandara yang paling dekat untuk melakukan pengalihan penerbangan jika memang Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar Bali, ditutup akibat letusan gunung ini.

Bandara merupakan objek vital yang menjadi sasaran utama yang harus diwaspadai jika memang terjadi letusan gunung. Debu vulkanik yang dikeluarkan gunung ini potensial mengganggu jalur penerbangan. Karena, jika dipaksakan terbang dengan gangguan debu vulkanik, maka bisa dipastikan beberapa instrumen pesawat akan mengalami kerusakan.

Salah satunya, penunjuk kecepatan pesawat dan juga penunjuk kondisi cuaca. Nah, kalau hal ini dibiarkan, tentunya akan terjadi hal-hal yang yang tidak diinginkan. Tidak berani dengan spekulasi ini, pihak maskapai pun tidak akan beranani mengambil risiko yang cukup berat.

Begitupun dengan Bandara Internasional Juanda, yang secara tidak langsung akan terkena dampak dari peristiwa letusan gunung ini. Pihak bandara berhak untuk menutup operasional bandara jika memang kondisi udara atas sudah tidak memungkinkan untuk dilalui pesawat. Pun demikian dengan kondisi bawah di bandara, karena untuk mendaratkan sebuah pesawat diperlukan jarak pandang yang jelas.

Berdasarkan pengalaman pada letusan Gunung Raung dan juga Gunung Kelud beberapa tahun lalu, kini Bandara Internasional Juanda sudah siap untuk "menyambut" datangnya letusan gunung tersebut.

Termasuk juga dari segi penyiapan alternatif parkir pesawat jika memang ada beberapa bandara lain yang ditutup akibat letusan gunung ini. Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Bandara Internasional Juanda beberapa waktu lalu, bandara itu mampu menampung sekitar 12 pesawat berbadan lebar dan juga pesawat kecil.

Bandara Juanda merupakan salah satu dari sekian bandara yang sudah dipersiapkan jika memang terjadi letusan Gunung Agung. Untuk menyikapi persoalan ini, pihak PT Angkasa Pura I Juanda selaku pengelola Bandara Internasional Juanda Surabaya sudah melakukan rapat koordinasi.

Hasilnya, selain menyiapkan Bandara Internasional Juanda sebagai tempat parkir, juga bisa digunakan sebagai tempat pengalihan penerbangan jika bandara utama Ngurah Rai, Bali diTutup.

General Manager PT Angkasa Pura I Juanda Surabaya Yuwono sempat mengatakan saat ini Bandara Internasional Juanda sudah siap untuk menyambut letusan tersebut. "Kami juga akan melakukan penutupan bandara jika memang kondisinya berbahaya untuk penerbangan," katanya.

Secara internasional, pihak bandara memang diperbolehkan untuk melakukan penutupan operasional karena kondisinya membahayakan penerbangan. Karena, kalau hal itu dilanggar, maka keselamatan penerbangan akan menjadi taruhannya.

Di Bandara Internasional Juanda sendiri merupakan alternatif, di samping beberapa bandara lain di Jawa Timur yang siap untuk menerima pengalihan penerbangan ini. Seperti Abdurahman Saleh Malang, Blimbingsari Banyuwangi. Kemudian juga ada bandara lain yang disiapkan seperti di Solo dan juga di Bandara Internasional Lombok.

Selain itu, di Bandara Internasional Juanda sendiri juga sudah disiapkan gate 11 dan 12 yang bisa digunakan oleh penumpang untuk menunggu selama pengalihan penerbangan ini dilaksanakan. Selama ini, gate tersebut digunakan untuk menampung jamaah umroh yang menggunakan gate di Terminal 1 Bandara Internasional Juanda.

Di gate 11 dan 12 itu, bisa digunakan untuk menampung jumlah penumpang yang transit sebanyak 500 orang, sedangkan untuk apron parkir pesawat bisa digunakan untuk menampung enam pesawat berbadan besar sekelas Boeing 747 dan pesawat berbadan sedang sekelas Being 737.

Pihak Bandara Juanda juga terus melakukan koordinasi lintas sektoral, seperti dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda untuk mengetahui perkembangan terkini soal kondisi Gunung Agung.

Pengumuman peringatan dini dari BMKG Juanda ini sangat diperlukan sebelum pesawat tersebut terbang tinggal landas. Karena, jika pihak BMKG menyatakan kondisi cuaca tertutup awan debu vulkanik, maka pesawat dilarang berangkat demi keselamatan penerbangan.

Namun demikian, sampai dengan saat ini BMKG Juanda menyatakan kalau belum nampak adanya semburan dan sebaran debu vulkanik yang melintas di udara di atas Bandara Juanda. Informasi pantauan debu vulkanik ini dilakukan setiap jam untuk memonitor kondisi terkini. Hal ini dilakukan mengingat slot penerbangan di Bandara Juanda cukup padat.

Fungsi dari BMKG Juanda sendiri bertugas untuk menginformasikan kondisi cuaca dan juga sebaran debu vulkanik akibat letusan gunung. Sedangkan yang menentukan apakah bandara tersebut ditutup ataukah tetap dibuka, itu merupakan kewenangan dari pihak otoritas bandara.

Di Surabaya, beberapa waktu yang lalu juga sempat mengalami hujan lebat dengan durasi waktu yang singkat. Meskipun, saat ini masih dalam peralihan dari musim panas ke musim hujan. Diduga kondisi alam ini berhubungan dengan kondisi Gunung Agung, Bali.

Namun, oleh BMKG langsung ditepis dan diluruskan kalau hujan yang terjadi di wilayah Jawa Timur, khususnya di Surabaya ini tidak ada hubungannya dengan Gunung Agung.

Bahkan, sempat beredar pesan berantai aplikasi whatsapp yang menyebutkan kalau Gunung Agung diprediksi akan meletus dan ada penutupan bandara. Terkait dengan informasi palsu atau hoax tersebut, masyarakat diminta supaya tetap waspada dan tidak mudah terpengaruh.

BMKG menyatakan, akan memberikan keterangan resmi melalui jalur yang sudah ada kepada pihak-pihak yang terkait. Supaya, masyarakat menjadi lebih paham dan tidak bingung dengan adanya informasi palsu ini.

Siagakan Personel

Untuk membantu proses "penyambutan" letusan Gunung Agung memang diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk di antaranya dari Badan SAR Nasional (Basarnas) yang juga disiagakan untuk membantu proses penyelamatan ini.

Dari Basarnas Surabaya sendiri juga sudah disiagakan 25 orang penolong yang siap diberangkatkan untuk membantu proses evakuasi korban letusan Gunung Agung. Puluhan penolong itu saat ini statusnya masih siaga dan siap untuk diberangkatkan sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Pihak Basarnas Surabaya masih terus melakukan koordinasi dengan Basarnas Denpasar terkait dengan kebutuan pertolongan dan saat ini, sifatnya masih siaga, karena Basarnas Denpasar yang sudah berada di lokasi pengungsian hanya melaksanakan tugas tambahan, yaitu melakukan penyelamatan terhadap hewan ternak para pengungsi.

Selain regu penyelamat dari Surabaya, Basarnas Surabaya juga siap untuk memberangkatkan terlebih dahulu tim yang berada di Pos SAR Banyuwangi. Kalau yang ada di Pos SAR Banyuwangi ini berjumlah sekitar 12 orang yang akan diberangkatkan terlebih dahulu.

Pemberangkatan ini dilakukan karena lokasi Pos SAR Banyuwangi lebih dekat dengan Bali, baru kemudian disusul oleh regu Basarnas Surabaya sebanyak 25 orang tadi.

Sejak jauh-jauh hari, petugas Basarnas Surabaya ini juga sudah rutin untuk melaksanakan latihan penyelamatan. Beberapa waktu lalu juga sudah dilakukan simulasi penyelamatan vertikal terhadap korban bencana alam.

Dalam melakukan upaya penyelamatan, Basarnas tetap menjadi leading sektor dengan dibantu oleh satuan lainnya seperti dari BPBD, Tagana atau juga dari kesatuan pendukung. "Basarnas bertugas melakukan penyelamatan pada awal kejadian sampai dengan tujuh hari," kata Kepala Kantor SAR Surabaya Arifin, beberapa hari lalu.

Selain menyiagakan personel, pihaknya juga menyiapkan dua unit truk yang bisa digunakan untuk mengangkut pengungsi dan juga untuk mengangkut bahan logistik yang dibutuhkan oleh para pengungsi.

Pihak Basarnas juga berpesan supaya jangan mengutamakan ego sendiri jika sedang melakukan upaya penyelamatan korban. Karena, koordinasi sangat dibutukan supaya proses evakuasi bisa dilakukan dengan maksimal dan meminimalisir terjadinya jumlah korban, baik yang meninggal maupun yang selamat.