Sensua Pulau Terluar Riau Terhambat Bahasa

id sensua pulau, terluar riau, terhambat bahasa

Selatpanjang, 24/5 (ANTARA) - Petugas Badan Pusat Statistik (BPS) yang bertugas mencacah penduduk suku Akit di pulau terluar Provinsi Riau di Kabupaten Kepulauan Meranti kesulitan bahasa untuk mendapatkan data warga asli Riau itu.

Salah seorang Petugas Pencacah Lapangan (PCL), Ardiansyah di Selatpanjang, Senin, mengungkapkan, untuk mencacah penduduk di pemukiman suku Akit itu, terlebih dahulu pihaknya mendatangi tetua adat suku setempat agar mereka dapat diterima dan dapat berkomunikasi dengan baik.

"Bahasa menjadi faktor kami berkomunikasi dengan mereka. Itu sebabnya sebelum mencacah kami datangi tetua adat mereka," kata Ardiansyah.

Ia mengatakan, walau sesama mempergunakan bahasa Melayu, namun logat dari suku asli itu berbeda dan itu sebabnya pihaknya meminta pendamping dari tokoh masyarakat Akit.

Hal demikian dilakukannya agar sesnsus berjalan lancar tanpa ada kendala baik itu penolakan maupun kesalahan dalam berkomunikasi.

"Kami dapat mensyukuri semuanya berjalan lancar dan nyaris tanpa kendala yang berarti," katanya.

Sementara itu Koordinator Statistik Kecamatan Tebing Tinggi, Kepulauan Meranti, Fred Jumawa, mengatakan suku Akit kebanyakan tinggal di lokasi yang sulit dijangkau oleh transportasi darat sehingga petugas sensus mesti menjangkaunya dengan transportasi laut.

Menurut dia, lokasi pemukiman suku asli itu seperti di Sungai Penekat dan Sungai Pengelam Desa Banglas, Kecamatan Tebing Tinggi.

"Untuk menjangkau pemukiman mereka, petugas mesti menggunakan speed boat pancung saat air laut sedang pasang, kalau tidak, spead boat bisa kandas dan tidak dapat melanjutkan perjalanan ke pemukiman yang rata-rata berada di hulu sungai," katanya.

Sebagian kepala keluarga Suku Akit seperti yang dijelaskan Fred ada yang bekerja di kilang sagu dan arang. Kilang-kilang tersebut berlokasi di tempat-tempat terpencil dan tidak bisa dijangkau dengan jalan darat.

Untuk mendatangi Suku Akit di Sungai Pengelam dan Sungai Penekat Desa Banglas, tuturnya, petugas sensus mesti menempuh perjalanan 30 menit menggunakan speed boat dari pusat Desa Banglas.

Menurutnya, pertumbuhan keluarga Suku Akit di lokasi itu dinilai cukup signifikan. Hal itu diungkapkannya karena saat ini terdapat puluhan kepala keluarga Suku Akit, dengan jumlah anak mereka yang banyak bermukim di wilayah terpencil tersebut.

"Mereka juga warga negara Indonesia yang harus kita data dan ketahui keberadaannya, jadi usaha apapun akan kami lakukan untuk mendata suku pedalaman seperti suku Akit," ucapnya.