Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat saat ini sepuluh kabupaten/kota di wilayah setempat masih dinyatakan endemis atau belum bebas dari penyakit kaki gajah (filariasis).
"Dari 12 kabupaten/kota di Riau sepuluh di antaranya belum terbebas kaki gajah atau disebut filariasis, " kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Minggu.
Mimi menjelaskan kesepuluh yang masih endemis tersebut di antaranya Pelalawan, Kuansing, Kampar, Meranti Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir Rokan Hilir, dan Bengkalis.
Untuk penanggulangan pihaknya sudah melakukan upaya pengobatan.
"Daerah endemis filariasis Dumai, Pelalawan dan Kuansing dari tahun 2010 sudah dilakukan minum obat massal Dietyl Carbamazin Cytrat (DEC) dan sudah disurvei pusat telah lolos eliminasi filariasis.
"Baru Dumai menerima sertifikat di Demak tanggal 4 Oktober lalu, " ujarnya.
Namun sebut dia pihaknya terus berupaya untuk melakukan eliminasi kaki gajah di setiap kabupaten/kota lainnya dengan penyuluhan dan vaksinasi.
Misalkan, kata dia, untuk Kampar Meranti, Siak Inhu, Inhil, Rohil dan Bengkalis sudah dilakukan gerakan minum obat massal sejak 2012.
"Juga sudah disurvei pre Trasmition Assesment Survei (TAS) oleh pusat tahun 2017 seluruhnya lolos pre TAS dan selanjutnya menunggu pusat melakukan TAS I, II dan III, " tuturnya.
Mimi menambahkan untuk proses eliminasi kaki gajah pihaknya melakukan pemberian obat DEC secara merata dan diminum seluruh penduduk kecuali ibu hamil dan anak di bawah dua tahun dan orang sedang sakit dalam pengawasan dokter. Tujuannya agar memutus mata rantai penularan.
"Tetapi kami ada dua daerah tidak endemis yakni Pekanbaru dan Rokan Hulu, ditambah Dumai dalam proses," tegasnya.
Sekedar informasi Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema.
Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya, filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity).
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit. WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.
Berita Lainnya
Dua petugas KKPS di Riau meninggal
19 February 2024 6:12 WIB
Dinkes Garut ungkapkan jumlah korban keracunan meninggal bertambah jadi tiga orang
12 October 2023 15:12 WIB
Tim Basarnas evakuasi kapal rombongan Dinkes Sultra di Perairan Laonti
03 October 2023 11:23 WIB
Dikunjungi Dinkes Riau, RSUD Meranti ungkap semua kebutuhan peningkatan layanan masyarakat
24 August 2023 11:12 WIB
Dinkes Kampar tak larang jual Air Sikumbang, tapi harus direbus dulu
10 August 2023 23:22 WIB
Dugaan pemotongan dana stunting Dinkes, Kajati Riau : Usut!!
04 May 2023 13:50 WIB
Kemenkes minta motor staf dinkes jadi ambulans darurat di jalur mudik Lebaran
17 April 2023 10:09 WIB
Riau dirikan posko layanan kesehatan H-7 hingga H+7 Lebaran
14 April 2023 23:55 WIB