Rengat, 25/6 (ANTARA)- Keberadaan harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) mengancam warga desa Tanjung Sari dan Pulau Jumat, Kecamatan Kuala Cenaku, Indragiri Hulu, yang berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Kerumutan.
"Dalam beberapa bulan ini saja, sudah 12 ekor anjing milik warga yang dimangsa harimau. Milik saya saja sudah tujuh ekor yang disantap harimau," ujar Tohbasir, salah seorang masyarakat Tanjung Sari, Kuala Cenaku, Inhu, Jumat.
Dia mengatakan hewan peliharaannya satu persatu mati dimakan harimau pada saat hewan piaraannya menjaga sawahnya dan kebun ubi. Dari pantauan masyarakat, menurut dia diketahui bahwa yang memangsa adalah anak dan induk harimau belang.
"Bahkan kalau malam pun, kami tidak berani keluar rumah karena takut dimangsa harimau. Beberapa bulan ini, memang harimau acapkali masuk ke pemukiman masyarakat," ujar pria berusia 60 tahun ini.
Keberadaan hewan yang di Riau dikenal dengan nama "Tuk Belang" itu diketahui dari jejak telapak kaki harimau yang tertinggal. Pihaknya sudah melaporkan hal ini pada pihak berwajib, namun sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan.
"Harimau harimau itu berkeliaran diduga karena areal tempat mereka mencari makan berkurang," katanya.
Akibatnya, banyak harimau yang semula bermukim di kawasan tersebut keluar dan menuju pemukiman penduduk untuk mencari makan.
"Bagi kami warga desa ini, melihat bangkai kancil dan babi maupun anjing di jalanan merupakan hal yang biasa," katanya.
Koordinator Yayasan Alam Sumatera (Yasa) Inhu, Erwin, mengatakan terdapat sekitar 17-20 ekor harimau yang menetap di kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan tersebut. Luas areal suaka margasatwa Kerumutan mencapai 120.000 hektare.
"Biasanya harimau tersebut baru keluar pada jam 21.00 WIB. Dan masuk ke pemukiman warga," katanya.
Menurut dia, di desa ini terdapat dua permasalahan utama yakni ancaman harimau dan tapal batas antara tanah masyarakat desa dengan lahan perusahaan.
"Ancaman harimau tersebut juga disebabkan rusaknya suaka margasatwa Kerumutan. Hingga menyebabkan harimau keluar dari habitatnya," katanya.
Humas PT SRL, Afrizon, membantah pihaknya melanggar batasan konsensi yang ada.
Menurutnya, keluarnya harimau dari habitatnya, disebabkan kawasan konservasi tersebut sudah rusak.
"Jadi bukan dikarenakan pihak perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut," katanya.
Berita Lainnya
Lindungi ternak dari serangan harimau, BKSDA Sumbar bangun kandang komunal
29 February 2024 17:02 WIB
BBKSDA Riau duga korban terkaman harimau adalah pembalak liar, begini sebabnya
31 January 2020 16:05 WIB
Teror serangan harimau pemangsa warga di Riau, begini kronologinya
27 August 2019 16:18 WIB
BBKSDA minta PT RIA hentikan operasi akibat serangan harimau tewaskan pekerja
27 May 2019 16:14 WIB
Harimau sumatera yang tewaskan buruh panen akasia tidak akan ditangkap. Begini penjelasan BBKSDA Riau
24 May 2019 16:26 WIB
Korban serangan harimau di Inhil diduga lakukan pembalakan liar
05 March 2019 8:40 WIB
BBKSDA Turunkan Tim ke Lokasi Serangan Harimau
27 October 2018 10:00 WIB
Khawatir Serangan Harimau, Perusahaan Perkebunan Sawit Hentikan Aktivitas Operasional
05 January 2018 22:30 WIB